Informasi Lainnya

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

HUBUNGANINFORMASI DENGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Arah dan kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan, di antaranya menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya (Suhardjo, 2003).

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat pada derajat kesehatan penduduk, sehingga pembangunan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk.

Pembangunan kesehatan  yang merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yaitu  hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan  pelayanan kesehatan dan dipandang sebagai satu investasi dalam kaitannya untuk mendukung  peningkatan kualitas SDM dan Pembangunan Ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Sistem Informasi Kesehatan merupakan suatu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari system kesehatan di suatu Negara. Kemajuan dan kemunduran system informasi kesehatan senantiasa berkolerasi dan mengikuti perkembangan system kesehatan, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bahkan dipengaruhi Sistem Pemerintah yang berlaku disuatu Negara.

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu : Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan, adiminstrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berdaya guna, berhasil guna dan mendukung penyelenggaraan keenam subsitem lain di dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu.

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Secara umum peranan SIK dalam pembangunan kesehatan adalah:
  1. Membantu pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
  2. Pemberdayaan individu dan komunitas individu dengan cepat dan mudah dipahami serta melakukan berbagai perbaikan  kualitas pelayanan kesehatan.
  3. Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif, evalusai dan inovasi melalui penelitian.
  4. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas cara yang digunakan.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkalkan derajat kesehatau masyarakat yang setingi-tingginya. Dalam meucapai tujuau tersebut diperlukan kebijakan yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua sector baik pemerintah, swasta, dan masyarakat. Penggaliau iuformasi yang akurat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan sumher utama dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan telah diamanatkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya keschatan yang efektif dan efisien diperlukan infoxmasi kesehatau yang diselenggarakau melalui sistem informasi dan lintas sektor. Sering dengan era desentralisasi berbagai sistem infonnasi kesehatan telah dikembangkan baik di pemerintah pusat atau daerah, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah masing-masing. Selain melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah juga diberikan otonorni untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di tingkat dinas kesehatan, puskesmas maupun rumah sakit.
Dari urain latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang hubungan informasi dengan pembangunan Kesehatan.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan informasi dengan pembangunan kesehatan
C.   Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Informasi dengan pembangunan kesehatan
2.      Tujuan Khusus
a.       Mendiskripsikan tingkat pengatahuan hubungan informasi dengan pembangunan kesehatan
b.      Menganalisa hubungan informasi dengan pembangunan kesehatan
D.   Manfaat Penelitian
a.       Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai informasi dengan pembangunan kesehatan
b.      Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan khususnya tentang hubungan informasi dengan pembangunan kesehatan


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Pengertian Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan(sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta
B.       Arah Pembangunan Kesehatan
1.        Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional
2.        pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan
3.        Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini.
4.        Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan, Informasi           dan manajemen yang handal.
5.        Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan
6.        Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.
7.        Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.
8.        Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
9.        Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
10.    Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
11.    Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
12.    Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
13.    Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.
14.    Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan pemakai

C.  Tujuan Pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu :
  1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
  2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
  3. Peningkatan status gizi masyarakat.
  4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
  5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera

D.  Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut:
1.    Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.
2.    Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.
Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan.
3.    Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan.
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya.
4.    Peningkatan Upaya Kesehatanya.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus –menerus diupayakan.
Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan wabah yang cenderung meningkat.
5.    Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta diserasikan secara bertahap.
6.    Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.
7.    Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.
Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig dari pembangunan kesehatan daerah.
8.     Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.
Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi.

E.  Peran Sistem  Informasi Kesehatan  Dalam   Pembangunan Kesehatan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 7 menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapat informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab ‘Sistem Informasi Kesehatan Nasional Bertugas Menjawab Tantangan ini’.
Sistem Informasi Kesehatan merupakan suatu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari system kesehatan di suatu Negara. Kemajuan dan kemunduran system informasi kesehatan senantiasa berkolerasi dan mengikuti perkembangan system kesehatan, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bahkan dipengaruhi Sistem Pemerintah yang berlaku disuatu Negara.
Contoh ketika sistem pemerintah Indonesia berubah dari sentralisasi menjadi desentralisasi, maka SIK ikut terpengaruh, beberapa masalah mulai terdengar seperti terjadinya kesenjangan dalam aliran data dari unit pelayanan kesehatan terdepan (Puskesmas dan Jaringannya serta Rumah Sakit) hingga ke jenjang administrasi Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat serta tidak berfungsinya norma, Standar, Prosedur dan Kriteria system pencatatan dan pelaporan sebagaimana layaknya seperti sebelum menerapkan system desentralisasi.

F.   Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu system pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat pemerintah secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sistem informasi kesehatan (SIK) merupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang berperan dalam memberikan informasi untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti rumah sakit ataupun puskesmas.

G. Peranan Sik Dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu negara. Keenam komponen (buliding blocks) Sistem Kesehatan tersebut ialah: 
  1. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan) 
  2. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin, dan Teknologi Kesehatan)
  3. Health Workforce (Tenaga Medis) 
  4. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan) 
  5. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan) 
  6. Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan) 

Manfaat Sistem Informasi Kesehatan 
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut : 
  1. Mendukung manajemen kesehatan 
  2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan 
  3. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas 
  4. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti      (evidence-based decision) 
  5. Mengalokasikan sumber daya secara optimal 
  6. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi 
  7. Membantu penilaian transparansi 

H.  Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia 
Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain : 
1.      Faktor Pemerintah 
a.       Standar SIK belum ada sampai saat 
b.      Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam 
c.       Belum ada rencana kerja SIK nasional 
d.      Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam 
2.      Fragmentasi 
a.       Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi (Kabupaten atau Kota, Provinsi dan Pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan pusat. 
b.      Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu) 
c.       Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300 laporan sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien. 
d.      Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional. 
3.      Sumber daya masih minim.

Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia 
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa sebagai berikut : 
  1. Era manual (sebelum 2005) 
  2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011) 
  3. Era Komputerisasi (mulai 2012) 
Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi - TIK). 
1.        Era Manual (sebelum 2005) 
a.       Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai jalan.
b.      Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen Kesehatan.
c.       Bentuk data : agregat.
d.      Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
e.       Sangat beragamnya bentuk laporan.
f.       Validitas diragukan.
g.      Data sulit diakses
h.      Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis.
i.        Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
2.        Era Transisi (2005 – 2011) 
  1. Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
  2. Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
  3. Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
  4. Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.
3.        Era Komputerisasi (mulai 2012) 
  1. Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
  2. Data inbdividual (disagregat).
  3. Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bangk data di pusat (e-Helath).
  4. Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
  5. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
  6. Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
  7. Lebih ramah lingkungan.

Sistem Informasi Kesehatan Di Masa Depan
Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 
  1. Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
  2. Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
  3. Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
  4. Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
  5. Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
  6. Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
  7. Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
  8. Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
  9. Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
  10. Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit


BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A.  Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai hubungan antara fenomena yang diteliti dan hasilnya tidak dinyatakan dalam bentuk angka.
Metode deskriptif kualitatif digunakan karena dapat membantu tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk menjelaskan tentang bagaimana mengetahui fungsi dan arti pokok pembahasan yang telah di uraikan.

B.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data karya tulis ini yaitu melalui studi pustaka (Library Research) dan juga termasuk data-data dari internet. Penulis mengkaji sejumlah referensi berupa buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, data di internet, dan karya tulis lainnya yang relevan dengan judul karya tulis ini. Studi pustaka bermaksud untuk menemukan teori yang dapat mendukung keabsahan penulisan.

C.  Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku dan karya tulis lainnya yang merupakan hasil pemikiran orang lain. Data-data tersebut masih berhubungan dengan pendidikan Islam.

D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, digunakan sistematika sebagai berikut:
a.    Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini penulis memaparkan gambaran umum/pengertian tentang informasi dan hubungan informasi denga pembangunan kesehatan secara umum dan hal-hal yang melatar belakangi penulisan karya tulis ini.
b.    Kajian Pustaka
Merupakan dasar untuk menganalisis permasalahan yang diperoleh dari beberapa referensi.
c.    Metodologi Penulisan
Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini sehingga dapat tersusun secara sistematis.
d.   Penutup
Bab ini memuat simpulan dan saran dari keseluruhan penulisan.

BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pemba­ngunan kesehatan  merupakan proses untuk melakukan perubahan dalam bidang kesehatan. Atau dapat juga diartikan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan per­ubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah dalam bidang kesehatan, menuju modernitas dalam rangka meningkatkan kwalitas kesehatan bangsa.
Informasi merupakan salah satu system yang dapat digunakan untuk memberikan beberapa informasi agar pembagunan kesehatan berkembang dan faktor pendorong dan penghambat pembangunan kesehatan: Disparitas Status Kesehatan, Beban Ganda Penyakit, Kinerja Pelayanan yang Rendah, Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung Hidup Bersih, Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungandan kurangnya informasi.

B.  Saran
Sistem informasi kesehatan perlu perhatian yang lebih dari para pemerintah, pihak swasta dan sektor terkait lainnya agar dapat tercapai sistem informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu untuk pembangunan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, SKM. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media, 2009
Depkes RI. Program Studi Kelayakan dan Rencana Usaha JPKM. Jakarta: Depkes RI, 2002
Depkes RI. Info Puskesmas dengan Paradigma Sehat Baru Kita Wujudkan Visi Sehat 2010. Jakarta: Depkes RI, 1999
http://id.wikipedia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium, Diakses tanggal 25 Maret 2011
http://www.bappenas.go.id/node/152/2580/upaya-pencapaian-millennium-development-goals-mdgs/, Diakses tanggal 25 Maret 2011
Darjat, Rukasih, 1992, Pendayagunaan Informasi Ensicnet Menunjang Lingkungan Hidup. BAJIT-LIPI, Jakarta.
Davis, Gordon, B, 1974, Management Information Systems. International Mc Graw- Hill, Sydney.
Djajaningrat, Surna. I, 1992, Pembangunan Berkelanjutan. KLH, Jakarta.
Jaya Weera, Neville (Edit), 1987, Rethinking Develovment Communication. AMIC, Singapore.
Juli, S.S, 1990, Keperdulian Masyarakat Terhadap lnformasi llmiah. Bandung.
Moekijat, 1986, Sistem Informasi Manajemen. Remaja Karya, Bandung.
Mowlana, Hamid, 1990, The Passing of Modernity Longman. New York, London.
Murdick, Robert. G, 1993, Sistem Informasi Untuk Management Modern. Erlangga, Jakarta.

Bahan-bahan WORKSHOP ENSICNET-INDONESIA, Tangga1 24-25 November 1992, Bandung

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel