PROPOSAL SKRIPSI LENGKAP PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TIPE NOVICK TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP RELASI DAN FUNGSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISME TIPE NOVICK TERHADAP
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP RELASI DAN
FUNGSI PADA SISWA SMP
DI SUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupannya manusia selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, dan kesulitan yang harus diatasinya. Untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya, manusia harus memiliki bekal yaitu ilmu pengetahuan. Karena ilmu merupakan petunjuk yang dapat membantu manusia dalam menyelesaikan masalah. Menuntut ilmu bisa dimana saja, salah satunya di sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang formal dan merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Selama proses pembelajaran di sekolah, siswa memerlukan bimbingan yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan proses pembelajaran yang baik sehingga mampu menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan yang baik pula.
Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, hampir setiap aktivitas manusia melibatkan matematika, oleh karena itu setiap orang diharapkan dapat menguasai matematika agar mampu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan menghadapi tantangan masa depan dalam persaingan global dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Seperti yang dipaparkan oleh Lia bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran inti yang berperan penting dalam aspek kehidupan, karena matematika berkaitan dalam segala bidang seperti dalam bidang pendidikan, teknologi, ekonomi, sehingga matematika dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa.
Menurut Bloom, siswa dikatakan memahami konsep dalam pembelajaran matematika ketika siswa mampu: mengubah suatu objek/kalimat dalam bentuk simbol dan sebaliknya (translation), dapat menentukan konsep yang tepat dalam penyelesaian algoritma (interpretation), dan menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui (ekstrapolation)
Menurut Diyanti (2010: 24), model pembelajaran Novick memiliki beberapa kelebihan yang bisa mendukung penerapannya dalam pembelajaran, yaitu: (a) Setiap fasenya memfasilitasi guru dan siswa untuk melakukan pembelajaran dengan sistem perubahan konseptual; (b) Memorisasi pengetahuan yang diperoleh siswa akan berlangsung lebih lama karena pengetahuan diperoleh dengan cara pengkonstruksian pengetahuan; dan (c) Proses belajar siswa lebih bermakna. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Natsir (1997) dan Komala (2008), kedua penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika siswa (dalam Diyanti, 2010: 3).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang diajukan sebagai berikut:
- Bagaimanakah pemahaman konsep siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran konstruktivisme tipe Novick dan Model Pembelajaran Konvensional?
- Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick terhadap pemahaman konsep siswa?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran konstruktivisme tipe Novick dan Model Pembelajaran Konvensional.
2. Mengetahui pengaruh pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, diharapkan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick dapat meningkatkan pemahaman dalam belajar matematika karena model ini dapat merangsang siswa untuk mengemukakan ide yang dimilikinya.
2. Bagi guru, diharapkan model pembelajaran kontruktivisme tipe Novick dapat menjadi alternatif metode pembelajaran matematika, karena model ini melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan untuk menangani masalah-masalah dalam pembelajaran matematika di sekolah.
4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan positif dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika dan peningkatan mutu pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemahaman Konsep Matematika
1. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathematike, yang berarti mempelajari. Perkataan itunmempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting yang harus dikuasai oleh manusia, karena matematika berperan penting dalam menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari. Seperti yang dipaparkan oleh Lia bahwa matematika mempunyai dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa depan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa matematika adalah ilmu yang dibutuhkan oleh manusia dalam berbagi bidang seperti bidang pendidikan ataupun ekonomi baik itu dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Setiap konsep yang abstrak dalam matematika yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan , agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Matematika bukan pelajaran yang hanya untuk dihafal, tetapi harus diaplikasikan agar dapat menguasainya.
2. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi bahan yang dipelajari. Untuk memahami suatu objek secara mendalam seseorang harus mengetahui; objek itu sendiri, relasinya dengan objek lain yang sejenis, relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis, dan relasi dengan objek dalam teori lainnya. Memahami suatu konsep sangat penting dalam pembelajaran matematka, karena pemahaman adalah kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Polya membedakan empat jenis pemahaman, yaitu:
a. Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana.
b. Pemahaman induktif, yaitu dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa.
c. Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu.
d. Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisis secara analitik.
Pemahaman menurut Bloom, yaitu:
a. Translation (pengubahan), misalnya mampu mengubah soal kata-kata ke dalam simbol atau sebaliknya.
b. Interpretation (mengartikan), misalnya mampu mengartikan kesamaan.
c. Ekstrapolation (perkiraan), misalnya mampu memperkirakan suatu kecenderungan atau gambar.
Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (National Council Teacher of Matematic), dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:
1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tertulis.
2. Mengidentifikasi contoh dan bukan contoh.
3. Menggunakan model, diagram, dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep.
4. Mengubah suatu bentuk presentasi ke dalam bentuk lain.
5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep.
7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
3. Indikator Pemahaman Konsep Matematik
Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan mengenai pemahaman konsep matematika tersebut. Indikator pemahaman konsep matematika yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah pemahaman berdasarkan taksonomi Bloom, yaitu:
a. Penerjemahan (Translation) yaitu siswa mampu merubah suatu objek/kalimat dalam bentuk simbol dan sebaliknya dengan bahasa sendiri juga dapat menerapkan dalam perhitungan sederhana. Misalnya: melakukan perhitungan sederhana seperti menentukan nilai fungsi atau menyajikan suatu relasi dan fungsi dengan beberapa cara.
b. Penafsiran (Interpretation) yaitu siswa mampu menjelaskan suatu objek/simbol yang telah diubah dalam bentuk lain dan mampu menjelaskan keterkaitan konsep satu dengan konsep lainnya dengan tepat dalam menyelesaikan soal. Misalnya: menentukan relasi atau bentuk fungsi jika data diketahui.
c. Ekstrapolasi (Extrapolation) yaitu siswa dapat menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui dan dapat memprediksi permasalahan selanjutnya atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: membuat suatu relasi dari kehidupan sehari-hari dan menentukan apakah relasi tersebut termasuk fungsi atau bukan.
B. Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick
1. Pengertian Konstruktivisme
Menurut Sanjaya, “Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman”. Pengetahuan seseorang dapat dibentuk dari pengalamannya sehari-hari, baik itu di lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Kegiatan yang rutin dilakukan maka akan dengan sendirinya menjadi kebiasaan sehingga secara tidak langsung terbentuk pengetahuan. Contohnya ketika membeli beberapa buku, seseorang akan menghitung berapa harga yang harus dibayarkan dengan mengalikan harga sebuah buku dengan banyak buku yang dibeli. Secara tidak langsung peristiwa tersebut mengaplikasikan konsep berhitung. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan individu merupakan hasil dari proses membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam sistem kognisi individu. Dalam pembelajaran, konstruktivisme memandangnya sebagai suatu proses sosial (wacana) membangun pengetahuan (yang ilmiah) yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal, pandangan dan keyakinan peserta didik serta pengaruh pendidik.
Tujuan pembelajaran konstruktivistik ini ditentukan pada bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong si belajar untuk berpikir dan berpikir ulang lalu mendemonstrasikan.
Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Hal yang sama dipaparkan oleh Hapsari bahwa berdasarkan paham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Di sini peserta didik harus membangun suatu pengetahuan berdasarkan pengalamannya masingmasing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri.
2. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick
Soekamto, dkk dalam Trianto mengemukan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pada pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari model ini adalah proses dari perubahan konseptual dari pengetahuan awal siswa pada proses pembelajaran.
Pengetahuan awal tentang suatu objek yang dimilki oleh siswa bias benar atau salah, pengetahuan dianggap benar jika pengetahuan tersebut sesuai dengan pengetahuan para ilmuwan, tetapi jika tidak sesuai maka siswa mengalami miskonsepsi atau kesalahan konsep. Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima para pakar bidang itu, kemudian dikatakan bahwa miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Salah satu penyebab miskonsepsi berdasarkan penelitian Ivowi dan Uludotun (1987) dalam Achmad yang menemukan bahwa buku pelajaran, pengalaman sehari-hari murid, serta pengetahuan yang dimiliki guru merupakan penyebab miskonsepsi.
Novick mengemukakan bahwa:
“belajar konsep sains melibatkan akomodasi kognitif terhadap konsepsi awal (alternative framework) siswa, tugas guru dalam pembelajaran adalah mengetahui dengan pasti konsepsi awal siswa secara individual terhadap topik yang akan dipelajari. Bila tidak sesuai dengan konsepsi para lmuwan, maka guru harus berusaha memodifikasinya menuju konsepsi yang sesuai dengan konsepsi para ilmuwan”
Bagan Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick
3. Tahap-tahap Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick
Menurut Rika, tahapan model pembelajaran Novick yaitu:
a. Exposing Alternative Framework (Mengungkap Konsepsi Awal)
Untuk mengungkap konsepsi awal siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan kegiatan berikut yaitu:
1. Menghadirkan suatu peristiwa
Menghadirkan peristiwa dalam pembelajaran dapat berupa model atau kejadian sebenarnya. Selanjutnya siswa diminta pendapatnya untuk menelaah peristiwa tersebut. Proses menelaah adalah keadaan dimana para siswa menggunakan konsepsi yang telah ada dalam pemikirannya untuk menjelaskan peristiwa yang disajikan
2. Meminta siswa mendeskripsikan konsepsi awal
Guru dapat meminta siswa mendeskripsikan pendapatnya melalui berbagai cara dan berbagai aktivitas seperti menuliskan uraian, menggambar ilustrasi, menciptakan model, menggambarkan peta konsep, atau menciptakan banyak kombinasi dari cara tersebut sebagai bukti pemahaman mereka pada konep tertentu
b. Creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual)
Pada tahap ini guru diharapkan menciptakan konflik konseptual atau konflik kognitif dalam pemikiran siswa yaitu dengan menciptakan suatu keanehan atau situasi ganjil (discrepant event). Agar terjadi perubahan konseptual terlebih dahulu siswa harus merasa tidak puas dengan konsep yang mereka miliki. Ketidakpuasan anak akan gagasan yang dimilikinya terjadi pada waktu ia dihadapkan pada suatu gagasan baru yang bertentangan dengan gagasan yang dimilikinya. Tiga kondisi untuk mengganti gagasan lama menjadi gagasan baru selain ketidakpuasan yaitu: intelligible (dapat dimengerti), plausible (masuk akal), dan fruitful (memberi suatu kegunaan)
c. Encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif)
Mendorong terjadinya akomodasi dalam struktur kognitif siswa dalam pembelajaran perlu dilakukan agar pikiran mereka kembali ke kondisi keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan cara menyediakan suatu pengalaman belajar misalnya percobaan yang lebih meyakinkan mereka bahwa konsepsinya kurang tepat. Untuk sampai pada tahap meyakinkan siswa, guru perlu menggunakan pertanyaan yang sifatnya menggali konsepsi siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di SMPN 2 Sakti, Jln. Jalan Beureunuen-Tangse KM 6 Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Aceh. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII pada tanggal 2017 semester ganjil tahun ajaran 2017-2018.
B. Metode dan desain penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi experimental). Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Dalam metode penelitian ini, peneliti ikut serta dalam penelitian yaitu dengan mengajar matematika di sekolah tersebut dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick. Peneliti akan menguji coba model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa, kemudian membandingkan hasil tes pemahaman matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick (kelas eksperimen) dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 2 Sakti. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 2 Sakti kelas VIII pada semester Ganjil tahun 2017/2018 yang terbagi dalam 3 kelas. Jumlah siswa kelas VIII SMPN 2 Sakti sekitar 160 siswa. Penempatan siswa pada kelas VIII SMPN 2 Sakti dilakukan secara acak oleh pihak sekolah tanpa didasarkan atas peringkat dan nilai. Dengan demikian, diasumsikan bahwa setiap kelas pada kelas VIII SMPN 2 Sakti ini merupakan kelas yang relatif homogen.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian adalah kelas VIII-1 dan VIII-2. Satu kelas dijadikan kelas kontrol yaitu kelas VIII-1 dan satu kelas dijadikan kelas eksperimen yaitu kelas VIII-2.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari hasil tes kedua kelompok sampel dengan pemberian tes pemahaman matematika yang sama, yang dilakukan pada akhir pokok bahasan materi yang telah dipelajari dan disusun berdasarkan silabus.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut sebagai berikut:
1. Variabel Yang Diteliti
Variabel bebas : Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick
Variabel terikat : Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel penelitian, guru, dan peneliti.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematika. Soal tes untuk mengukur pemahaman konsep matematika siswa disusun dalam bentuk uraian yang terdiri dari 12 buah tes berbentuk tes objektif. Soal yang diberikan disusun berdasarkan perumusan tiga indicator pemahaman, yaitu translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.
Sebelum tes dilakukan, soal tersebut terlebih dahulu harus memenuhi uji persyaratan soal, yaitu valid dan reliabel. Selain itu soal juga harus memenuhi kriteria tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.
1. Validitas Tes
Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
2. Taraf kesukaran
Untuk mengetahui taraf soal dikatakan sukar, sedang, atau mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Achmad Zanuar. Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Sains Di Madrasah Ibtidaiyah,(http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/ktizanuarm iskonsepsi.pdf)
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
B. Uno, Hamzah. Orientasi Baru dalam Psikologi pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2008
Cakir, Mustafa. Constructivist Approaches to Learning in Science and Their Implications for Science Pedagogy: A Literature Review,(Marmara University: IJESE vol. 3, no. 4, 2008)
Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga, 2011
Departmen pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata: Balai Pustaka, edisi ketiga, 2007
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bandung: Bumi Aksara, 2001