Informasi Lainnya

makalah dan konsumsi energi di indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 
Ekonomi Energi merupakan konsep komprehensif yang ditelurkan oleh PBB sebagai salah satu inisiatif dalam upaya mengatasi krisis ekonomi global. Secara umum, Ekonomi Energi merupakan sebuah model ekonomi yang menitikberatkan kepada upaya memperbaiki tingkat hidup manusia dan secara bersamaan mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Tak ada yang salah dengan konsep Ekonomi Energi sebagaimana anggapan kalangan organisasi-organsiasi penyelamat lingkungan yang melihat konsep ini akan menjadi upaya komodofikasi, privatisasi, dan finansialisasi alam (Kompas 21 Juni 2012). Di tataran kebijakan, Ekonomi Energi adalah sebuah model pembangunan ekonomi yang bertumpu kepada tiga pilar kebijakan yakni kebijakan ekonomi yang rendah karbon, hemat energi, dan melibatkan banyak orang. Permasalahan utama terletak pada sejauh mana implementasi dari konsep Ekonomi Energi itu sendiri oleh Indonesia.
Dalam kondisi dimana pertumbuhan ekonomi membutuhkan begitu banyak konsumsi energi dan pada saat yang bersamaan cadangan energi tidak terbarukan semakin menipis, ekonomi energi merupakan sebuah jawaban bagi perekonomian dunia bahkan sebuah keniscayaan bagi terciptanya sebuah pembangunan yang berkelanjutan. Negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyadari akan pentingnya peran ekonomi energi dalam perekonomian mereka.
Namun berbeda dengan negara-negara berkembang yang sedang tumbuh lainnya, alih-alih fokus kepada upaya menciptakan model perekonomian yang benar-benar energi, kontekstualisasi pelaksanaan ekonomi energi di Indonesia menjadi salah kaprah tatkala ekonomi energi hanya ditafsirkan sebagai pengurangan gas karbon tanpa benar-benar menciptakan sebuah model perekonomian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan yang berbasis kepada efisiensi energi, karbon yang rendah, dan melibatkan banyak orang.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Penerapan Ekonomi Energi dalam Pemberdayaan Sektor Energi Baru Terbarukan Di Indonesia
2.      Penerapan Ekonomi Energi dalam Pencarian Potensi Energi Nasional
3.      Penerapan Ekonomi Energi dalam Manajemen Sumber Daya Energi
4.      Penerapan Ekonomi Energi dalam Pemanfaatan Energi Terbarukan – Revolusi Industri
5.      Penerapan Ekonomi Energi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
6.      Pengembangan Model Ekonomi-Energi dan Identifikasi Kebutuhan Infrastruktur Energi
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang Produksi dan Konsumsi Energi di Indonesia !



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penerapan Ekonomi Energi dalam Pemberdayaan Sektor Energi Baru Terbarukan Di Indonesia
Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut hampir meliputi semua sektor antara lain sektor energi, sektor pertanian, sektor kehutanan, sektor perikanan, sektor pariwisata, dan lain-lain. Selain itu keaneka ragaman suku bangsa serta adat istiadat menjadi pelengkap dari seluruh sektor yang ada. Selain itu juga Indonesia memiliki posisi strategis karena diapit oleh dua benua. Semua potensi ini akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi jika dapat dikelola dengan baik dan benar.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa adalah sumber energi. Faktor energi memiliki peranan yang sangat besar karena menjadi pendorong utama untuk berkembangnya sektor-sektor lainnya. Indonesia memiliki potensi sumber energi baik fosil maupun non-fosil. Kebijakan energi selama ini adalah eksploitasi pada energi fosil. Keterbatasan yang dimiliki pada energi ini adalah tidak renewble dan menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang cukup besar. Oleh karena itu kebijakan pemerintah dibidang energi fosil harus berubah ke Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.
Sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pembangunan nasional adalah untuk memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia, maka kelestarian lingkungan hidup juga merupakan prasyarat utama bagi kesejahteraan dan keberlangsungan kehidupan manusia. Kesejahteraan manusia dipenuhi melalui pembangunan, namun pembangunan itu harus dilaksanakan dengan tidak merusak lingkungan. Pembangunan yang dilaksanakan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dapat mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan yang dapat berdampak pada menurunnya kapasitas pemenuhan kebutuhan manusia untuk kesejahteraan. Untuk menjaga keberlanjutan kesejahteraan manusia, diperlukan upaya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), yaitu pembangunan yang dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan tiga pilar pembangunan (sosial, ekonomi, dan lingkungan).
Terbitnya Brundtland Report pada tahun 1980, mengawali perbincangan dan perdebatan mengenai pembangunan berkelanjutan yang diawali oleh semakin diintensifkan dengan konferensi PBB mengenai “Lingkungan Hidup dan Pembangunan” di Rio de Janeiro tahun 1992.
Konsep dasar dari pembangunan berkelanjutan adalah proses integrasi dan harmonisasi dari tiga hal kehidupan fundamental yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan, sehingga terwujud kesetimbangan dalam proses pembangunan yang dapat berkelanjutan (sustainability) ke generasi berikutnya. Pada September 2000, dalam KTT Millennium PBB di New York, 189 negara, termasuk Indonesia, telah mendeklarasikan Millennium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pembangunan Millenium, yang berisi delapan tujuan yang ingin dicapai pada 2015 untuk menjawab tantangan-tantangan utama pembangunan global.  Kedelapan tujuan itu adalah mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, pendidikan untuk semua, memperjuangkan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan mortalitas anak, meningkatkan kesehatan maternal, membasmi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya, menjamin keberlanjutan lingkungan, dan membangun kerjasama global untuk pembangunan.
Tujuan Pembangunan Milenium ( MDGs ) pada dasarnya mewujudkan komitmen internasional yang dibuat di United Nations Summits Dunia dan konferensi global sepanjang tahun 1990-an . Dengan menandatangani Deklarasi Milenium pemimpin dunia berjanji untuk mengurangi separuh proporsi penduduk yang menderita kelaparan, menjamin bahwa semua anak dapat menyelesaikan pendidikan dasar, menghilangkan kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi tingkat kematian balita dan bayi oleh dua pertiga, dan membagi proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air yang lebih baik pada tahun 2015.
2.2 Penerapan Ekonomi Energi dalam Pencarian Potensi Energi Nasional
Pertumbuhan ekonomi nasional menjadi prioritas pemerintah dalam upaya memberi kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut, maka iklim investasi di segala sektor harus berkembang khususnya di sektor industri dan transportasi. Salah satu faktor kunci adalah ketersediaan energi. Gairah investasi di bidang industri dan energi yang secara simultan dilakukan akan berimplikasi kepada pertumbuhan ekonomi positif yang akan dapat dirasakan oleh seluruh komponen bangsa, dengan demikian Pembangunan Berkelanjutan dengan berwawasan ekologis-sosial budaya-ekonomi dapat berjalan dengan baik.
Pemerintah harus memotivasi dan memberikan dukungan secara penuh dalam investasi energi baru terbarukan ini. Dengan demikian iklim investasi akan menunjukkan perkembangan positif. Selain itu, Indonesia tidak akan mengalami krisis energi lagi, dan kebutuhan energi listrik bagi industri dapat terpenuhi yang tentunya disain industri adalah industri yang ramah lingkungan. Dalam bidang industri otomotif khususnya adalah upaya untuk melakukan revolusi alat transportasi dari yang menggunakan bahan bakar fosil ke alat transportasi yang menggunakan listrik non fosil, sehingga akan mengurangi polusi CO¬2 dan penurunan emisi gas rumah kaca.
Berdasarkan data potensi energi nasional, maka potensi energi terbarukan pada sumber energi non fosil memiliki banyak jenis antara lain, tenaga air, tenaga angin, tenaga ombak, tenaga pasang surut, tenaga matahari, biomassa, dan panas bumi. Dari sekian potensi energi terbarukan tersebut, maka panas bumi merupakan sumber energi potensial yang dapat dikembangkan. Dan saat ini baru 4% yang dikembangkan dari seluruh potensi yang ada.
Saat ini potensi panas bumi Indonesia tercatat 299 daerah dan lapangan panas bumi dengan total potensi energi sekitar 28.835 MWe yang sebagian besar mengikuti jalur vulkanik dari P. Sumatera, Jawa, Bali-NTB-NTT, Sulawesi, dan Maluku, beberapa berada di Kalimantan dan Papua.
Sampai awal tahun 2013 ini pengaturan tentang energi baru terbarukan secara khusus masih diatur pada Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Perpres ini bertujuan untuk  menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Beberapa hal yang diatur dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 adalah:
·         Energi adalah daya yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan meliputi listrik, energi mekanik dan panas.
·         Sumber energi adalah sebagian sumber daya alam antara lain berupa minyak dan gas bumi, batubara, air, panas bumi, gambut, biomasa dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi.
·         Energi baru adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari energi terbarukan maupun energi tak terbarukan, antara lain: Hidrogen, Coal Bed Methane, Coal Liquifaction, Coal Gasification dan Nuklir.
·         Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain : panas bumi, biofuel, aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut.
·         Diversifikasi energi adalah penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi dalam rangka optimasi penyediaan energi.
·         Konservasi energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan.
·         Sumber energi alternatif tertentu adalah jenis sumber energi tertentu pengganti Bahan Bakar Minyak.
2.3 Penerapan Ekonomi Energi dalam Manajemen Sumber Daya Energi
Sumber daya energi menjadi salah satu sumber pendapatan bagi negara. Dari pendapatan itu membantu dalam perekonomian Indonesia. Salah satu masalah yang harus dihadapi manusia adalah semakin tipisnya persediaan sumber daya alam.  Jika sumber daya alam terus dieksploitasi demi mengejar pertumbuhan ekonomi dimungkinkan beberapa saat lagi pertumbuhan akan terhenti, karena habisnya pasok sumber daya. Sebagai akibat berubahnya lingkungan strategis dan semakin lajunya pembangunan di daerah, khususnya dalam proses industrialisasi, akan menyebabkan masalah energi menjadi semakin kompleks sehingga tantangan yang dihadapi juga semakin berat. Memasuki era keterbukaan sekurang-kurangnya ada lima tantangan besar yang dihadapi dalam pembangunan energi, yaitu : memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat sebagai akibat proses industrialisasi : mengatasi masalah dispartitas, efisiensi penggunaan energi; sumberdaya manusia; dan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup, maka akan memberikan implikasi langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu kami adakan pelatihan yang akan memberikan pemahaman mengenai ekonomi dan manajemen sumber daya energi serta mengoptimalkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan.
2.4 Penerapan Ekonomi Energi dalam Pemanfaatan Energi Terbarukan – Revolusi Industri
Menurut Jeremy Rifkin (President of The Foundation on The Economic Trends in Washington, DC), dunia akan memasuki era Revolusi Industri. Revolusi Industri ditandai dengan terbentuknya masyarakat ekonomi baru yang beradaptasi dengan penerapan energi terbarukan (renewable energy). Revolusi Industri ini ditopang oleh empat pilar sebagai berikut:
1. Pilar Pertama: Energi Terbarukan
Sinar matahari, angin, air, panas bumi, gelombang laut, dan bio-massa adalah jenis sumber energi terbarukan. Teknologi yang akan berperan mengubah atau mengkonversikan energi terbarukan tersebut menjadi energi listrik yang siap pakai. Sampai dengan tahun 2050, di Uni Eropa energi terbarukan diproyeksikan akan menggantikan separuh dari energi utama dan menghasilkan energi listrik sampai dengan 70%.
2. Pilar Kedua: Bangunan Sebagai Penghasil Energi
Rumah, gedung perkantoran, mal, bangunan pabrik atau industri, nantinya akan berusaha menyediakan energinya secara mandiri. Dengan memanfaatkan energi terbarukan yang tersedia secara gratis, kebutuhan energi akan terpenuhi bahkan akan mempunyai kelebihan yang dapat dibagikan.
3. Pilar Ketiga: Penyimpanan Energi dengan Hidrogen
Energi dari sinar matahari, angin, gelombang, tidak tersedia sepanjang hari. Oleh sebab itu diperlukan media penyimpanan energinya. Kelebihan energi yang dihasilkan secara individual dari bangunan penghasil energi sebagaimana pilar dua, dapat disimpan dalam bentuk sel bahan bakar hydrogen. Hidrogen dikenal sebagai bahan bakar ramah lingkungan karena hasil pembakarannya berupa air dan energi panas. Sebaliknya juga sangat mudah diperoleh dan jumlahnya melimpah dengan cara elektrolisa air. Teknologi sel bahan bakar hidrogen sudah lama digunakan sebagai tenaga pendorong roket luar angkasa.


4. Pilar Keempat: Infrastruktur Cerdas (Smart Grid) dan Kendaraan “plug-in”
Kelebihan energi yang diproduksi oleh setiap bangunan individual sebagaimana pilar tiga, dapat dibagikan melalui suatu infrastruktur cerdas. Infrastruktur cerdas yang dimaksud disini adalah penerapan teknologi informasi yang akan mengendalikan pendistribusian energi ini. Dimana diperlukan suatu transaksi, besar energi yang dikirim, melalui jalur yang mana, sumber dari mana dan dikirim kemana. Dari sisi transportasi, kendaraan bertenaga listrik dan bahan bakar sel hidrogen akan banyak diproduksi dan digunakan. Dimana kendaraan tersebut menyesuaikan dengan ketersediaan sumber energi yang tersebar disetiap lokasi.
2.5 Penerapan Ekonomi Energi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Dalam 20 tahun mendatang, Indonesia akan menghadapi persaingan dan ketidakpastian global yang makin meningkat, jumlah penduduk yang makin banyak, dan dinamika masyarakat yang makin beraneka ragam. Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Nasional, perlu diteruskan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai, permasalahan yang sedang dihadapi dan tantangannya ke depan ke dalam suatu konsep pembangunan jangka panjang, yang mencakup berbagai aspek penting kehidupan berbangsa dan bernegara, yang akan menuntun proses menuju tatanan kehidupan masyarakat dan taraf pembangunan yang hendak dicapai.
Penekanan akan perlunya pembangunan ekonomi untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat muncul pada awal paruh kedua tahun 60-an. Pada tahun 1966 penataan sistem perekonomian dicanangkan melalui Program Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi. Sampai dengan pertengahan tahun 90an, berbagai kemajuan ekonomi telah dicapai. Kebutuhan pokok masyarakat tercukupi dan swasembada pangan beras terwujud pada tahun 1984. Perekonomian tumbuh baik dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan stabilitas ekonomi dapat terjaga. Peningkatan kesejahteraan masyarakat secara nyata dapat ditunjukkan antara lain melalui peningkatan pendapatan perkapita sekitar sepuluh kali lipat, menurunnya secara drastis jumlah penduduk miskin, serta tersedianya lapangan kerja yang memadai bagi rakyat.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong penyediaan berbagai sarana dan prasarana perekonomian penting yang dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Secara bertahap, struktur ekonomi berubah dari yang semula didominasi oleh pertanian tradisional ke arah kegiatan ekonomi lebih modern dengan penggerak sektor industri. Ekspor nonmigas yang menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menghasilkan produk dan daya saing produk Indonesia terhadap produk negara lain meningkat pesat. Bahkan dalam paruh kedua 80-an, terjadi perubahan struktur ekspor dari yang semula didominasi oleh ekspor migas menjadi ekspor yang di dominasi oleh ekspor nonmigas.
2.6 Pengembangan Model Ekonomi-Energi dan Identifikasi Kebutuhan Infrastruktur Energi
2.6.1. Pemodelan Energy Mix Indonesia
Kerangka model INOSYD ditunjukkan pada Gambar 2. Modul yang dikembangkan meliputi permintaan energi, penyediaan energi , ekonomi makro dan lingkungan. Jaringan Sistem Energi (Reference Energi System, RES) dari INOSYD disempurnaan, terutama sisi infrastruktur penyediaan energinya.
Energi primer mengalami berbagai proses sebelum dapat dimanfaatkan oleh konsumen, berupa konversi ke bentuk energi lainnya, pengilangan energi menjadi berbagai jenis fraksi bahan bakar, serta transmisi dan distribusi. Pada setiap proses, penggunaan berbagai jenis teknologi, sarana dan prasarana menimbulkan kehilangan energi, sehingga energi yang terpakai selalu lebih kecil dibanding energi primernya.
Jaringan sistem energi (RES) digunakan untuk merepresentasikan aktivitas/ hubungan dari sebuah sistem energi. RES bukan hanya sarana untuk menunjukkan energy balance, namun juga berfungsi sebagai kerangka analitis untuk memperkirakan besarnya permintaan energi. Gambar 3 memperlihatkan Jaringan Sistem Energi umum, sedangkan yang dipergunakan dalam studi ini merupakan pengembangan lanjut dari RES tersebut yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia.
2.6.2 Ramalan permintaan energi
Peramalan adalah pekerjaan rumit namun harus dilakukan dalam rangka perencanaan energi. Permintaan energi dapat digolongkan menjadi permintaan energi listrik dan permintaan energi non-listrik. Sektor permintaan energi dapat dikelompokkan ke dalam industri, rumah tangga, komersial dan transportasi.
Permintaan listrik untuk sektor rumah tangga didekati dengan persamaan regresi seperti untuk kebutuhan listrik total. Permintaan listrik untuk kelompok pengguna lain (industri, komersial, perkantoran dan sarana umum) didekati berdasarkan hubungan elastisitas masing-masing kelompok tersebut terhadap rumah tangga.
Berikut hasil estimasi permintaan tenaga listrik untuk kelompok-kelompok konsumen listrik tersebut:
Rumah tangga:            ERT Listrik = 391,381 - 11,994 HListrik RT per KWh        
            + 0,009 PDB + 1,072 ERT Listrik – 1 .................................. (5)
            Κ / Κ  
Komersial: ekr  =         RT / RT           .................................................................................   (6)
Dengan demikian, setelah angka pertumbuhan kelompok rumah tangga diperoleh maka angka pertumbuhan kelompok komersial dapat dihitung :
Kt        =          rt . ekr ..................................................................................   (7)
Kt        =          Kt-1 . (1 + rt . ekr) ................................................................ (8)
Permintaan listrik untuk kelompok industri serta perkantoran dan sarana umum didekati dengan metode yang serupa dengan yang dilakukan untuk sektor komersial.
Untuk energi bukan listrik, permintaan energi masing-masing kelompok pengguna energi adalah sebagai berikut
Industri:          Eind = 0.749 E ind-1 + 0.000323 PDB + 4.795 ........................................    (9)
Transportasi:    Etrans = 0.0209 Etrans-1 + 0.000487 PDB +1.78 10-6 Pop – 298.91 ...       (10)
Komersial:       Ekom = 0.241 EKom-1 +       7.16 10-5 PDB –4.395 ..........................................     (11)
Rumah Tangga: ERT= ERT 2000 (1  + elastisitas x PDB )n  ..........................................     (12)

2.6.3 Simulasi dan optimasi energy mix Indonesia
INOSYD dilengkapi dengan modul optimasi untuk meminimumkan biaya suplai energy mix, dengan masukan parameter makroekonomi dan keluaran permintaan energi per jenis dan sektor, untuk energi listrik maupun non listrik. Modul optimasi dilengkapi data biaya energi (investasi, biaya O&M, dan biaya bahan bakar) untuk konversi energi maupun transportasi energi. Pekerjaan optimasi dilakukan dengan memanfaatkan modul Solver.
Dalam optimasi, fungsi tujuan (objective function) atau target variable yang diminimumkan adalah discounted cost of energy system:
∑ ∑qt Cita eit  + ∑ ∑qt (Citi  +Citk )xit  + ∑ ∑qt Citk rit     .....................(13)        
i           t           it          It                    
dimana :                                                         
Ca        : Biaya bahan bakar (fuel cost) (US$/SBM)              
Ci        : Biaya investasi per unit kapasitas (US$/SBM)                    
Ck       : Biaya operasi dan pemeliharaan (US$/SBM)                      
 e : Aliran energi (SBM/tahun) q : discounted factor
x : Penambahan kapasitas (SBM/tahun)
r : Kapasitas terpasang yang telah ada (SBM/tahun) i : Jenis energi
t : Tahun
Simulasi dilakukan untuk memahami perilaku energi Indonesi hingga tahun 2020 berdasarkan beberapa macam perkiraan pertumbuhan ekonomi. Ramalan permintaan dilakukan untuk berbagai macam jenis energi, termasuk ekspor dan impornya. Berdasarkan ramalan permintaan dan penyediaan energi yang mungkin, disusun neraca energi (energy balance) Indonesia untuk berbagai periode.

BAB III
KESIMPULAN
           
3.1 Kesimpulan
Issue bauran energi yang optimum di Indonesia, dengan penekanan pada pembuatan model dinamik ekonomi- energi, proyeksi kebutuhan energi primer dan energi final serta infrastruktur energi yang harus dikembangkan, termasuk perkiraan biayanya. Jenis energi yang dikaji terutama bahan bakar fosil, dan proyeksi dilakukan hingga 2020.
Model ekonomi energi yang dikembangkan, ramalan permintaan energi serta beberapa hasil simulasi, khususnya yang menyangkut minyak bumi, gas bumi, batubara dan kelistrikan. Dilaporkan pula kebutuhan infrastruktur yang perlu dibangun.












DAFTAR PUSTAKA
http://jieb.feb.ugm.ac.id/catalog/index.php/jieb/article/view/1132/1115(15/03/2014,pukul: 19:20)
http://www.antaranews.com/print/83911/two-s-african-citizens-arrested-for-bringing-in-meth (21/07/2018, pukul: 20:21)
http://charyconomi.blogspot.com/2013/11/aplkasi-ekonomi-mikro.html ((21/07/2018), pukul: 19:20)
http://andiansah-pengetahuan.blogspot.com/2010/04/ekonomi-makro.html ((21/07/2018), pukul: 20:38)
http://cintyasherry.wordpress.com/tag/syarat-diskriminasi-harga/ ((21/07/2018. Pukul: 14:20)







0 Response to "makalah dan konsumsi energi di indonesia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel