Makalah Perang Jepang
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah Jepang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Mula-mula bangsa Jepang menjadi terkenal karena sebagai bangsa Asia pertama yang sanggup meniru bangsa-bangsa Eropa dalam perkembangan industri. Jepang juga merupakan bangsa Asia pertama yang dalam permulaan abad ke-20 telah mampu menghadapi bangsa Eropa dalam perang dengan menggunakan alat-alat dan senjata hasil teknologi modern, terbukti mengalahkan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang (1904-1905), dan sebelumnya telah mengalahkan Cina dalam Perang cina - Jepang I (1894-1985).
Dengan kemenangan-kemenangan yang diraihnya tidak membuat Jepang menjadi puas dengan apa yang dicapainya, akan tetapi justru sebaliknya membuat Jepang semakin agresif. Hal ini bisa kita ikuti tindakan Jepang selanjutnya, baik Jepang ikut terjun Perang Dunia I maupun kegiatan-kegiatan Jepang sesudahnya. Bahkan lebih jauh Jepang bercita-cita untuk membentuk negara Asia timur Raya. Adanya cita-cita inilah yang menyeret Jepang dalam Perang Dunia II dan yang mengakibatkan hancurnya Jepang.
Setelah hancur dalam Perang Dunia II, dalam waktu yang relatif singkat Jepang telah bangkit kembali menjadi negara industri yang maju melebihi sebelum perang. Hingga dewasa ini Jepang menjadi negara industri besar dunia yang mampu bersaing dengan Amerika Serikat.
Dari uaraian diatas maka dari itu dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas tentang latar belakangnya Jepang terlibat dalam perang dunia I dan II serta dampak pada munculnya Imperalisme dan juga pengaruh budaya Jepang di Indonesia ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas, penyusun merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut ini:
1. Bagaimana Jepang bangkit sebagainegara industri pada akhir abad 19 serta berdampak pada ambisi Jepang menguasai SDA di Asia, dan berdampak pada munculnya Imperalisme Jepang serta Persaingan Jepang dengan negara- negara Barat ?
2. Bagaimana Jepang terlibat dalam Perang Dunia I dan II ?
3. Bagaimana kultur Jepang dalam menghadapi Globalisasi ?
4. Bagaimana pengaruh budaya Jepang di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka dalam makalah ini penyusun mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana Jepang bangkit sebagai negara industri dan dampaknya terhadap ambisi Jepang untuk menguasai SDA di Asia dan dampak pada munculnya imperalisme serta persaingannya dengan negara-negara Barat.
2. Untuk mengetahui latar belakang Jepang terlibat dalam Perang Dunia I dan II.
3. untuk mengetahui kultur Jepang dalam menghadapi Globalisasi.
4. Untuk mengetahui pengaruh budaya Jepang di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jepang Negara Imperialisme dan Penyebab Jepang Menduduki Indonesia
Jepang Sebagai negara Imperalisme
Jepang menjadi negara imperialisme atau negara yang melakukan ekspansisionis di latar belakangi beberapa penyebab, antara lain:
1. Adanya perkembangan Jepang dalam segala bidang mengakibatkan berlipat gandanya pertambahan penduduk
2. Adanya perkembangan industri yang begitu pesat, butuh daerah pasaran dan bahan mentah demi kelangsungan proses industrialisasi
3. Adanya restriksi (pembatasan) imigran jepang yang dilakukan oleh negara-negara barat
4. Pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai keluarga)
5. Ingin menjadi negara besar yang sejajar dengan negara – negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis.
Walaupun Jepang terdiri atas ribuan pulau, namun luasnya tidak besar dan miskin akan bahan tambang dan hanya sebagian kecil yang dapat di usahakan sebagai pertanian yang hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Berbeda dengan Indonesia yang mempunyai banyak pulau. Padahal apabila dibanding jepang kita banyak lahan untuk ditanami berbagai komoditi baik itu untuk kebutuhan sehari hari seperti padi dan sebgainya juga bahan hutan , kayu- kayu yang ada dikalimantan dan papua itu. Bahkan kita mempunytai banyak bahan tambang misalnya batu bara di Kalimantan, emas di jaya pura terus minyak bumi di porong sido arjo, namun sayangnya kekayaan alam kita dikeruk oleh bangsa lain dan kita hanya mengais ngais dari sisa sisa mereka aja. Selain itu pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan sulit untuk mencari lapangan pekerjaan yang dapat memberi kehidupan yang baik. Terlihat dari letak geografis Jepang yaitu negara yang memiliki luas 381.269 km dan terdiri empat pulau besar yaitu besar yaitu : pulau Honshu, Pulau Shikoku, Kyushu, Hokkaido, terletak diantara 30-50.
Latar belakang Jepang sebagai negara imperialisme, di lihat dari sejarah Jepang Sebelum Perang Dunia II penduduk Jepang sangat padat, sedangkan hasil bahan pangan sedikit dan dalam mengatasi masalah itu Jepang berusaha di bidang perdagangan, industri serta membatasi laju pertumbuhan penduduk. Jepang berjiwa militeris dan ekspansionis sejak pemerintahan wangsa Fujiwara(858-1069) Jepang aristokratis. Kekuasaan tertinggi di tangan para bangsawan.
Masa pemerintahan wangsa Fujiwara berakhir tahun 1192 akibat adanya perang antara kaum bangsawan.kekuatan paling atas pada masyarakat Jepang adalah Tenno serta keluarganya yang tinggal di istana di Kyoto. Tenno tidak memerintah rakyat langsung tapi hanya boneka saja. Dibawah Tenno adalah Shogun (kayak merk motor ya) yang memegang kekuasaan tertinggi di Jepang yang tinggal di istana kemiliteran di Yedo beserta keluarga. Dibawah Shogun ialah Daimyo yaitu bangsawan yamg mempunyai kedaulatan besar, berhak memungut pajak, berhak menjalankan peradilan dan hak-hak sipil. Di bawah Daimyo adalah Samurai yaitu petani, pedagang, seniman. Bangsa Jepang mulai merantau ke Asia Tenggara dan bekerjasama dengan bangsa Eropa yang datang ke negara timur untuk berdagang dan nenyebarkan agama nasrani. Hal ini membawa perubahan untuk perdagangan Jepang yang semakin pesat bagi pedagang sedangkan kedudukan kaum tani semakin lemah sehingga menyebabkan pemberontakan. Akhir zaman Muromachi di warnai perang saudara sehingga muncul tiga orang yang kuat menghentikan peperangan yaitu Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, Togugawa Ieyashu. Pemerintahan Togugawa perdagangan semakin maju dan penyebaran agama nasrani semakin intensif namun menyebabkan konflik agama dan budaya sehingga di adakan peraturan yang melarang tersebarnya agama nasrani dan menutup bangsa asing masuk ke Jepang hanya Belanda dan Cina yang boleh masuk tapi di batasi pada Pulau Desima dan Nagasaki sehingga terbentuk pola masyarakat tertutup. Tingk Amerika Serikat Millard Fillmore pada Shogun.
Bulan Maret 1856 Shogun Togugawa menandatangani perjanjian Kanagawa yang berisi, Jepang mengizinkan pembukaan pelabuhan Shimoda dan Hakodata bagi kapal- kapal asing.
Para pedagang menjadi kaya namun bangsawan dan samurai banyak yang jatuh miskin. Setelah dua setengah abad Jepang menutup dari bangsa asing akhirnya membuka diri dari bangsa asing lagi, dan pada tahun 1853 kapal Komodor Matthew C. Perry pimpinan komando skuadron Amerika Serikat di kawasan Hindia Timur muncul dan mendekat pada teluk Yedo dan membujuk pemerintah Jepang agar di perkenankan berlabuh dan menyampaikan pesan Presiden Persetujuan tersebut tidak pada seluruh bangsa Jepang sehingga menimbulkan kekacauan ekonomi rakyat kecil semakin miskin dan kekacauan tersebut di manfaatkan oleh bangsa luar kota untuk melakukan perebutan kekuasaan terhadap para bangsawan kota yang memegang kendali pemerintahan yang di kenal dari klan Choshu dan Satsuma kedua klan tersebut bergabung dan bekerjasama dengan Tenno sehingga kedudukan Shogun tersudut.
Tahun 1867 Shogun Tokugawa menyerahkan kekuasaan pemerintahan Jepang kepada Tenno dan diganti oleh Tenno Mutsuhito yang terkenal Kaisar Meiji. Meiji tidak terpengaruh terhadap desakan agar Jepang mengusir orang- orang asing yang datang Kaisar Meiji tetap melaksanakan politik terbuka untuk bangsa asing yang datang dengan kesadaran bahwa bangsa barat lebih unggul di segala bidang sehingga Dia mengarahkan pandangan ke dunia barat. Restorasi Meiji berupaya untuk menjadikan Jepang sebagai negara modern dengan meninggalkan gaya hidup feodalistik.
2.2 Latar Belakang Jepang Ikut Dalam Perang Dunia I dan II
2.2.1 Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia I
Perang Dunia I melanda dunia pada 1914-1918. Perang hebat ini pada awalnya hanya terjadi di kawasan benua Eropa, kemudian menjalar ke ke negara-negara di kawasan Benua Amerika dan Asia, seperti Kanada, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Cina dan Jepang. Itulah sebabnya perang ini disebut Perang Dunia. Perang Dunia I tidak terjadi dengan begitu saja, karena suatu peristiwa pasti ada sebabnya. Begitu juga dengan Perang Dunia I ini. Latar belakang perang dunia ini dapat dibedakan menjadi sebab umum dan sebab khusus. Sekumpulan kondisi yang dapat memicu terjadinya perang dunia tersebut. Sedangkan sebab khusus adalah suatu peristiwa yang menjadi titk awal terjadinya perang dunia tersebut.
Kemenangan Jepang atas Rusia Tahun 1905, Awal ‘Kebangkitan’ Asia
Tahun 2008 ini kita akan memperingati 1 abad (100 tahun) kebangkitan nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei 1908. Kebangkitan nasional yang kita peringati itu sebenarnya terinspirasi dari sebuah peristiwa di luar negeri beberapa tahun silam sebelumnya yaitu perang Rusia-Jepang tahun 1904-5. Perang yang dimenangkan oleh Jepang ini membuat bangsa-bangsa di Asia sadar bahwa sebenarnya mereka tidak kalah kehebatannya dari bangsa-bangsa Eropa atau barat dan juga ‘mematahkan mitos’ bahwa orang Asia lebih inferior dari orang Eropa dan juga bahwasannya orang kulit putih Eropa ‘tidak bisa dikalahkan’.
PRA-PERANG
Awal abad ke-17 (1603) keluarga kaisar di Jepang telah kehilangan keefektifannya dalam memerintah negara dan pemimpin militer yang disebut shogun yang bernama Tokugawa Ieyasu, mengambil alih kekuasaan di Jepang (yang sejak saat itu pemerintahan di Jepang dinamakan pemerintahan Shogun Tokugawa). Sejak saat itupula Tokugawa menutup pintu Jepang bagi dunia luar, dan selama dua setengah abad, Jepang menjadi negara yang terisolasi dari dunia luar dan menjadi negara yang terbelakang. Tahun 1854, Isolasi Jepang berakhir ketika Komodor AL Amerika Serikat, Matthew Perry mendarat di Jepang. Perry yang ditugasi pemerintah AS untuk membuka pasar Jepang yang kalau perlu dengan kekerasan, membawa beberapa kapal perang jenis fregatnya guna memuluskan rencana itu. Tahun 1853, Perry mendarat di Edo (sekarang menjadi Tokyo) namun pemerintahan Shogun Tokugawa Jepang memerintahkan armada AS tersebut untuk ke Nagasaki karena hanya di kota itulah pelabuhan di Jepang yang terbuka untuk asing, itupun hanya dikhususkan untuk kapal2 Belanda saja. Namun Perry menolak dan membacakan isi surat Presiden AS waktu itu Millard Fillmore yang isinya bernada ancaman apabila pemerintahan Shogun menolak maka armada AS tersebut tidak segan2 akan menggunakan kekerasan.
Sadar akan persenjataan dan kapal2nya yang jauh lebih primitif dari kapal2 perang AS, pemerintahan Shogun mengalah dan membiarkan Perry dan armada AS mendarat di Kurihama (sekarang: Yokosuka). Kedatangan Perry di Jepang ini, berujung pada konvensi atau perjanjian Kanagawa di tahun 1854 yang mengakhiri isolasi Jepang dari dunia luar. Namun keterbukaan ini harus dibayar mahal oleh pemerintahan Shogun di Jepang, dengan jatuhnya pemerintahan Shogun di tahun 1868 dan diambil alih oleh kaisar muda Meiji yang terkenal dengan restorasi Meiji-nya. Pada masa itu banyak pihak di Jepang sadar bahwa Jepang sangat rentan terhadap ancaman-ancaman kekuatan barat dan satu-satunya cara untuk menepis ancaman itu adalah dengan cara memodernisasi Jepang dengan cara mengadopsi gaya-gaya barat terutama di bidang ilmu dan teknologi agar Jepang dapat tumbuh menjadi negara industri maju sejajar dengan negara2 barat. Restorasi Meiji inilah sebagai katalis dalam kemajuan Jepang menuju negara industri maju. Keberhasilan Restorasi Meiji ini diakui dunia tidak ada bandingannya di seluruh dunia. Dalam jangka waktu hanya sekitar 30 tahunan telah berhasil membawa Jepang dari negara terisolasi, terbelakang dan tradisional menjadi negara maju yang kompetitif dengan negara-negara barat.
Untuk memuluskan cita-citanya menjadi negara industri, Jepang sadar harus melindungi kepentingan dan keamanannya dari gangguan2 kekuatan asing. Untuk itu Jepang bertekad untuk merebut Korea dari tangan dinasti Qing China tahun 1894. China yang pernah menjadi negara besar di masa lalu, pada saat itu (akhir abad ke-19) menjadi negara yang ‘primitif’ dibandingkan Jepang yang pada tahun 1894 sudah mulai berhasil mengadopsi teknologi barat dan mengadopsi struktur militer gaya barat. Perang yang agak berat sebelah ini tentu saja berakhir dengan kemenangan Jepang dan membuat China bukan hanya kehilangan Korea tetapi juga kehilangan pulau Formosa dan juga Port Arthur di Manchuria. Kemenangan ini membuat Jepang lebih bertekad untuk menyebarkan pengaruh dan kekuasaannya di Timur Jauh. Namun di Timur Jauh ada kekuatan Eropa yang mempunyai kepentingan sama yaitu: Rusia! Di sinilah mulai terjadi friksi2 antara kepentingan kedua negara yang menjurus kepada perang di tahun 1904-5.
MASA PERANG
Sejak awal Rusia menentang akses dan penguasaan Jepang di Port Arthur, apalagi Port Arthur kala itu tengah disewa Rusia dari China sebagai basis angkatan laut Rusia di Timur Jauh sehingga Rusia menolak meninggalkan Port Arthur. Setelah serangkaian perundingan dan diplomasi yang melibatkan juga berbagai fihak asing lainnya seperti Perancis dan Jerman (yang condong memihak Rusia) serta Inggris (yang condong memihak Jepang) yang tidak membuahkan hasil, maka pada tanggal 8 Februari 1904 Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan dan menyerang armada laut Timur Jauh Rusia di Port Arthur.
Pada masa-masa itu, armada angkatan laut Rusia terpusat di Laut Baltik di Eropa karena Rusia merasa musuh2 terbesar Rusia berada di daratan Eropa sehingga ketika terjadi penyerangan terhadap armada laut Rusia di Timur Jauh, Rusia terkesan tidak siap. Untuk itu Rusia harus memperkuat armada laut Timur Jauhnya dari armada Luat Baltiknya dan untuk itu kapal2 perang Rusia harus berlayar 18.000 mil jauhnya menuju lokasi peperangan melintasi 3 samudra (Atlantik, Hindia dan Pasifik)! Dan celakanya secara teknis kapal-kapal perang Rusia tersebut kebanyakan tidak siap untuk berlayar sejauh itu. Namun apa boleh buat, setelah modifikasi secukupnya diadakan, kapal tetap harus berangkat memperkuat armada Timur Jauh Rusia.
Sementara Jepang sendiri pada awal peperangan tidak terlalu sukses untuk melumpuhkan armada angkatan laut Rusia apalagi merebut Port Arthur. Untuk itu Jepang berinisiatif juga untuk melancarkan perang di darat untuk merebut Port Arthur sekaligus merebut Manchuria dari tangan Rusia (sambil menyelam minum air!). Untuk itu Jepang yang menguasai Korea melancarkan serangan ke daratan Manchuria melewati sungai Yalu. Strategi Jepang ini terbukti efektif dan sedikit demi sedikit menggerogoti kekuatan Rusia di Manchuria dan Port Arthur. Namun Jepang tidak mengendorkan penyerangan di Laut juga di bawah pimpinan Laksamana Heihachiro Togo. Lewat kombinasi serangkaian pertempuran di lautdan darat akhirnya Port Arthur jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 2 Januari 1905.
Dengan keberhasilan Jepang merebut Port Arthur, harapan Rusia kini tinggal menunggu armada laut Baltik Rusia pimpinan Laksamana Zinovy Rozhestvensky, yang pada saat Port Arthur jatuh masih berlayar menuju lokasi peperangan di Timur Jauh. Namun ketika armada laut Baltik Rusia ini mencapai selat Tsushima pertempuran dengan angkatan laut Jepang tak terhindarkan. Pertempuran yang berlangsung dua hari 27-28 Mei 1905 ini, hasilnya sungguh mengecewakan bagi fihak Rusia. Armada Baltik Rusia ini dihancurkan dan hanya tiga kapal saja yang selamat dan melarikan diri ke Vladivostok, Rusia. Dengan berakhirnya perang di Selat Tsushima berakhir pula harapan Rusia untuk memenangi peperangan ini sehingga Rusia terpaksa menandatangani perjanjian perdamaian dengan Jepang, namun ongkos yang dibayar Rusia sangat besar. Rusia bukan saja kehilangan Port Arthur tapi juga kehilangan seluruh kepulauan Sakhalin yang diserahkan kepada Jepang.
PASCA PERANG
Kemenangan Jepang atas Rusia ini mempunyai implikasi luas di dunia internasional. Kemenangan ini bukan saja berimbas kepada prestise Rusia yang menurun di mata internasional kala itu, tetapi juga tercatat sebagai sejarah tersendiri. Inilah untuk pertama kalinya selama berabad-abad sebuah kekuatan Asia dapat mengalahkan kekuatan Eropa (barat). Kemenangan Jepang ini tentu juga menginspirasi Kebangkitan Nasional di negeri kita di tahun 1908 yang akan kita peringati 100 tahun pada tahun ini.
Tapi pertanyaannya kini adalah, apakah kita hanya memperingati kebangkitan nasional yang sudah terjadi 100 tahun yang lalu ini?? Apakah kita tidak perlu lagi kebangkitan nasional ke-2?? Saya rasa kita masih perlu kebangkitan nasional ke-2 agar kita sejajar dengan negara maju. Kebangkitan nasional á la Restorasi Meiji seperti yang dipaparkan di atas, yang berhasil membawa Jepang dari keterbelakangan dan isolasi menuju modernisasi yang sejajar dengan dunia barat dalam jangka waktu yang relatif singkat: 30an tahun! Sebuah prestasi yang tidak ada duanya di dunia ini. Mungkin prestasi terdekat yang hampir menyamai Restorasi Meiji ini adalah prestasi yang dicapai Korea Selatan yang di tahun 1950an baru mulai membangun dari puing2 peperangan setelah terjadi Perang Korea (saat itu Indonesia sudah lebih dulu merdeka) dan dalam waktu 40 tahunan, lewat penguasaan ilmu dan teknologi, Korea Selatan berhasil membangun ekonominya yang berbasis pada produk2 bernilai tambah tinggi sehingga negara ini kini dianggap mulai sejajar dengan negara-negara industri barat dan Jepang.
2.2.2 Latar Belakang Jepang Ikut Dalam Perang Dunia II
Alasan Jepang ikut dalam perang dunia II adalah, Pada saat itu Jepang ingin meluaskan wilayah kekuasaannya di kawasan Asia Tenggara . Namun, negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara tersebut masih dalam kekuasaan negara-negara barat seperti Inggris, Belanda, Perancis, dan Amerika Serikat. Akibatnya terjadi permusuhan antara negara-negara tersebut. Pada saat itu Jepang berfikir bahwa Amerika Serikat merupakan musuh tertangguhnya. Maka sebagai langkah awal Jepang berencana untuk melakukan serangan terhadap Amerika Serikat.
Kisah Singkat Keterlibatan Jepang dalam PD II
Perang Dunia II merupakan perang yang terjadi antara Jerman, Jepang dan Italia yang tergabung dalam aliansi anti komintern (Axis) melawan negara-negara Sekutu yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Cina, Australia, Prancis dan Selandia Baru. Perang Dunia II berlangsung antara tahun 1939 hingga tahun 1945. Di daratan Eropa, perang diawali dengan penyerangan Jerman atas Polandia pada 1 September 1939. Sedangkan di Pasifik, perang diawali dengan serangan mendadak atas pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbor, Hawai oleh Jepang tanggal 7 Desember 1941 waktu Hawai atau 8 Desember 1941 waktu Jepang. Latar belakang keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II dapat ditelusuri dari krisis Internasional yang terjadi setelah Perang Dunia I. Diantarannya, monopoli kekuasaan oleh negara-negara pemenang Perang Dunia I hingga krisis ekonomi dunia tahun 1929. Sebagai cara untuk mengatasi krisis yang juga berimbas ke Jepang tersebut, maka Jepang mendirikan negara boneka Manchukuo pada tahun 1931 untuk memonopoli sumber bahan mentah dan daerah pemasaran di Manchuria. Akibat dari tindakan tersebut, Jepang mendapat kecaman dari masyarakat Internasional yang ketika itu diwakili oleh Liga Bangsa-Bangsa. Namun, kecaman tersebut justru ditanggapi Jepang dengan apatis dan puncak dari sikap apatisme itu adalah dengan keluar dari Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1933. Sikap yang demikian membuat Jepang seolah terkucilkan dari dunia internasional. Terasingnya Jepang dari dunia Internasional tersebut, ditambah dengan ditandatangganinya pakta pertahanan dengan Jerman dan Italia (yang mengalami hal yang sama dengan jepang - dicari ya boo.. penyebabnya!!!) pada tahun 1936. Kemudian, segera setelah Perancis Jatuh ke tangan Jerman pada tanggal 18 Juni 1940, Jepang menduduki Indo-Cina yang merupakan daerah jajahan Perancis. Di lain pihak, tidakan Jepang tersebut membuat Amerika khawatir, sehingga Amerika berusaha keras untuk membatasi gerak langkah Jepang dengan melakukan pembekuan dana dan embargo minyak terhadap Jepang pada juli 1941. Karena sadar bahwa berhadapan langsung dengan kekuatan militer Amerika perlu dihindari, maka negosiasi kemudian diusahakan oleh pihak Jepang sekitar bulan Oktober 1941. Dalam negosiasi tersebut, Jepang ingin memiliki otoritas yang sama dengan negara-negara barat yang boleh melakukan pendudukan atau kolonialisme demi mengeruk keuntungan ekonomi dari negara lain. Jepang berfikir bahwa Manchuria biarkan tetap bersama Jepang untuk mendukung perekonomian Jepang. Namun, pihak Amerika terus tidak sepakat dengan apa yang diusulkan oleh Jepang. Akibatnya, perang dengan Amerika dirasa tidak perlu dihindari lagi dan penyerangan atas Pearl Harbour tidak terelakkan. Amerika, Britania Raya, serta Belanda menyatakan perang dengan Jepang pada hari itu juga, Sehari setelahnya giliran Cina resmi menyatakan perang terhadap Jepang. Berawal dari sinilah Jepang terlibat langsung dalam Perang Dunia II. Selang 5 Jam setelah serangan terhadap Pearl Harbor, pesawat-pesawat Jepang telah mendarat di Filipina. beberapa hari setelahnya Jepang berhasil mendarat di Hong-Kong pada tanggal 18 Desember 1941, kemudian melanjutkan dengan menyerang Sumatra dan Borneo pada bulan yang sama. Ketika memasuki bulan Februari tahun 1942, Jepang telah berhasil menaklukkan Indonesia (Hindia Belanda), Singapura, dan Malaysia.
Pada awal perang, Jepang mampu mengungguli pihak sekutu dan berhasil menguasai hampir seluruh daratan Asia Tenggara ditambah Cina dan Korea. Namun keadaan kemudian berbalik ketika Jepang kalah dalam pertempuran laut di Midway sekitar tanggal 4 sampai dengan 7 Juni 1942, dalam pertempuran ini 3 kapal induk sarat pesawat yaitu Kaga, Akagi, dan Soryu terbakar dan tenggelam. Jepang Kehilangan lebih dari 330 pesawat, termasuk pilotnya yang tak tergantikan. setelah itu kekalahan demi kekalahan dialami oleh pihak Jepang. Di sisi lain, pihak sekutu dibawah pimpinan Jenderal Douglas MacArtur semakin maju dan akhirnya berhasil mendarat di Okinawa pada bulan April 1945. Namun, Perlu diingat pula bahwa sebelumnya Sekutu telah berhasil menduduki Iwo Jima pada bulan Februari 1945 dan melakukan serangan udara terhadap titik-titik penting di Jepang. Jatuhnya pulau Okinawa tersebut merupakan hal yang membahayakan bagi kota-kota Jepang lainnya. Benar saja, setelah mendarat di Okinawa serangan demi serangan bom dilancarkan oleh sekutu ke kota-kota Jepang lainnya sehingga, memporak-porandakan industri militer dan perekonomian Jepang.
Mei 1945 sekutu utama Jepang, yaitu Jerman menyatakan menyerah dan mengakhiri perang dunia II di daratan Eropa. Segera setelahnya, pertemuan antara pimpinan negara-negara sekutupun dilaksanakan pada tanggal 17 Juli sampai dengan 2 Agustus 1945 di Postdam, Berlin Timur. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari Amerika Serikat (Presiden H.S. Truman), Inggris (Perdana Menteri W.L. Churcill), dan Uni Soviet (Perdana Menteri I.V. Stalin) yang kemudian menghasilkan deklarasi postdam. Isi dari deklarasi ini salah satunya menyerukan kepada Jepang agar segera menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Khusus kepada Jepang, Deklarasi Postdam diumumkan pada tanggal 26 Juli 1945. Di Jepang sendiri, sempat terjadi perdebatan tentang tanggapan apa yang akan diberikan berkaitan dengan seruan tersebut. Jendral Aya Anami, Perdana Menteri Suzuki, Menlu Shigoneri Togo, Jendral Umezu, Admiral Sadajiro Toyoda dan Laksamana Yonai terlibat dalam adu argumentasi yang terjadi dalam pertemuan Dewan Tertinggi Jepang pada tanggal 28 Juli 1945 tersebut. Namun, akhirnya diputuskan untuk tidak memberikan tanggapan apapun terhadap deklarasi yang diserukan sekutu tersebut, Perdana Menteri Suzuki di depan radio militer Jepang menyatakan bahwa Deklarasi Postdam hanyalah bentuk lain dari Deklarasi Kairo jadi tidak perlu ditanggapi. Dengan sikap Jepang yang demikian, pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Hiroshima dan Nagasaki di bom atom oleh Amerika sebagai pukulan terakhir untuk Jepang. Akibatnya, Jepang menyerah tanpa syarat dan menerima isi dari deklarasi postdam pada tanggal 2 September 1945 di kapal Missouri yang berlayar di teluk Tokyo.
Sesuai dengan isi dari Deklarasi Postdam, Jepang berada di bawah kekuasaan sekutu dan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai penjahat perang diajukan ke pengadilan perang dan sebagian besar dijatuhi hukuman mati.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwaWalaupun Jepang terdiri atas ribuan pulau, namun luasnya tidak besar dan miskin akan bahan tambang dan hanya sebagian kecil yang dapat di usahakan sebagai pertanian yang hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Berbeda dengan Indonesia yang mempunyai banyak pulau. Padahal apabila dibanding jepang kita banyak lahan untuk ditanami berbagai komoditi baik itu untuk kebutuhan sehari hari seperti padi dan sebgainya juga bahan hutan , kayu- kayu yang ada dikalimantan dan papua itu. Latar belakang Jepang sebagai negara imperialisme, di lihat dari sejarah Jepang Sebelum Perang Dunia II penduduk Jepang sangat padat, sedangkan hasil bahan pangan sedikit dan dalam mengatasi masalah itu Jepang berusaha di bidang perdagangan, industri serta membatasi laju pertumbuhan penduduk. Jepang berjiwa militeris dan ekspansionis sejak pemerintahan wangsa Fujiwara(858-1069) Jepang aristokratis. Kekuasaan tertinggi di tangan para bangsawan.
Tujuan Jepang menjadi Negara imperalisme adalah untuk menyamakan kedudukan dengan Negara lain khususnya Negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis. Dengan melakukan ekspansionisme ke wilayah – wilayah yang memiliki potensi bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industrialisasi di Jepang. Alasan Jepang ikut dalam perang dunia II adalah, Pada saat itu Jepang ingin meluaskan wilayah kekuasaannya di kawasan Asia Tenggara . Namun, negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara tersebut masih dalam kekuasaan negara-negara barat seperti Inggris, Belanda, Perancis, dan Amerika Serikat. Akibatnya terjadi permusuhan antara negara-negara tersebut. Pada saat itu Jepang berfikir bahwa Amerika Serikat merupakan musuh tertangguhnya. Maka sebagai langkah awal Jepang berencana untuk melakukan serangan terhadap Amerika Serikat.
Seiring dengan perkembangan jaman, dunia luar mulai bergerak kepada globalisasi. Untuk melindungi kebudayaannya, Jepang melakukan politik isolasionisme dan menutup diri terhadap dunia luar. Jepang tetap mempertahankan tradisi dan kebudayaannya, sembari mengadopsi nilai-nilai barat agar dapat mengembangkan Jepang. Tidak heran bila di tengah perkembangan globalisasi yang seperti ini, Jepang menjadi simbol kemajuan Asia, dimana kemajuan tidak sama dengan melenyapkan budaya. Negara-negara Asia tidak harus menghilangkan nilai-nilai ketimuran dalam menghadapi globalisasi dan kemajuan teknologi. Jepang memberi model dan pedoman, bagaimana budaya dapat menjadikan kemajuan negara sebagai hal yang menguntungkan, bukan merugikan negara dalam bidang apapun.
Pada masa kependudukan Jepang, Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya Jepang. Diantaranya seperti Jepang yang merupakan negara yang disiplin, teguh, ulet, semangat, dan rela berkorban dengan budayanya. Budaya tersebut ditanamkan juga terhadap masyarakat Indonesia dengan memupuk semangat kebaktian bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://davinnurfaiz.blogspot.com/2012/01/jepang-negara-imperialisme-dan-penyebab.html (diakses pada tanggal 23 November 2013)
http://spektrumku.wordpress.com/2008/02/08/kemenangan-jepang-atas-rusia-tahun-1905-awal-kebangkitan-asia/ (diakses pada 23 November 2013)
http://lian05indonesian.blogspot.com/2008/12/kisah-singkat-keterlibatan-jepang-dalam.html (diakses pada tanggal 23 November 2013)
https://www.facebook.com/permalink.php?id=517640261597741&story_fbid=547261441968956 (diakses pada tanggal 23 November 2013)
http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/pengaruh-barat-di-indonesia.html(diakses pada tanggal 23 November 2013)
0 Response to "Makalah Perang Jepang"
Post a Comment