Informasi Lainnya

MAKALAH ZAT ADITIF DALAM MAKANAN LENGKAP


MAKALAH LENGKAP
JUDUL : ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
       Zat aditif dan zat adiktif sering dijumpai di sekitar kita. Zat aditif sering kita konsumsi secara disengaja. Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
      Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Kepedulian terhadap bahan kimia dalam makanan yang sering dilupakan. Jajanan anak-anak yang sering dijumpai setiap kali istirahat sekolah. Bahan yang membuat jecanduan seperti rokok dan bahan yang dapat membahayakan kita tanpa disadari kita konsumsi. Pengarahan dari orang tua sangat kurang dan perhatian orang tua sangatlah penting dalam hal ini, karna pengaruh bahan kimai sangat lah berbahaya bagi keberlangsungan hidup atau kesahatan. Pengaruhnya tidak secara langsung namun berakibat fatal apabila tidak dicegah dari mulai sekarang.
      Zat adiktif adalah zat-zat yang dapat membuat pemakainya kecanduan (adiksi). Kecanduan adalah suatu keadaan fisik (jasmani) maupun nonfisik (psikologis) dari seseorang yang merasa tidak normal jika tidak menggunakan zat tertentu. Biasanya si pecandu akan menuruti keinginannya dengan kembali mengonsumsi zat tersebut.

B. Tujuan Penulisan
    Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang Zat Aditif pada Makanan !





BAB II
PEMBAHASAN
A. Zat Aditif
    Zat Aditif adalah  zat-zat yang ditambahkan pada makanan proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk  maksud tertentu. Penambahan zat Aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga. Selain itu penggunaan zat Aditif Bertujuan untuk mempertahankan nilai gizi yang Mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
    Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya  disebut zat aditif alami. umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut  jumlah makanan yang lebih banyak sehingga aditif alami pun tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, Industri Memproduksi zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang direaksikan. Zat Aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya : gatal-gatal dan kanker.
    Berdasarkan sifatnya, zat aditif alami maupun buatan dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu sevagai berikut :


1.    Pewarna
2.   Pemanis
3.   Penyedap
4.   Pengawet
5.   Pengental
6.   Pengemulsi
7.   Antioksidan


    penggunaan bahan tambahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasatkan undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain disertai dengan batasan maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan. Pasal 10 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.
    Penggunaan bahan tambahan makanan sintetis yang melebihi ambang batas yang ditcntukan ke dalam atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki dan merusak makanan itu sendiri, bahkan berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebihan pada umumnya bersifat racun bagi manusia.
    Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, mcmperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.
Bahan yang tergolong dalam zat aditif memiliki sifat :
1.    dapat memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2.   Dapat membuat makanan tampak lebih menarik;
3.   Dapat meningkatkan cita rasa makanan; dan
4.   Dapat membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
B. Jenis Zat Aditif
1. Pewarna
    Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih menarik.
a. Pewarna Alami
Tabel 8.1 Zat Warna yang dihasilkan bahan alami

No

Zat Warna


Warna yang dihasilkan


Bahan Alami
1
Antosianin
Oranye, Merah, Biru
Anggur, stoberi, apel dan bt
2
Karotenoid
Kuning, merah, oranye
Wortel, tomat, cabai, minyak sawit, jagung, daun-daunan, ikan salmon
3
Klorofil
Hijau
Daun suji, dan daun pandan
4
Kurkumin
Kuning
kunyit

Ada beberapa hambatan apabila kita menggunakan pewarna alami :
a)   pewarna alami jumlahnya terbatas
b)   tidak semua warna dengan mudah ditemukan
c)   perolehan warna dengan beberapa proses sehingga kurang praktis

b. Pewarna Buatan
Tabel 8.2 Bahan Sintesis dan Warna yang dihasilkan

No

Zat Warna


Warna yang dihasilkan

1
Sunset yellow FCF
Warna JIngga
2
Karmoisin
Warna Merah
3
Brilliant blue FCF
Warna Biru

       Perlu diketahui bahwa zat pewarna buatan bukan untuk makanan dan minuman, misalnya pewarna tekstil dapat membahayakan kesehatan apabila masuk kedalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman
       Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye d an lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air.
       Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu.
       Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk memwarnai produk-produk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

2. Penyedap Rasa
    Penyedap rasa dapat memberikan, menambah mempertegaskan rasa dan aroma makanan. Contoh bumbu penyedap alami adalah cabai, laos, ketumbar, merica, pala, kunyit dan lain-lain
    Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyebab cita rasa hasil sintesis :
a)   oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
b)   etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c)   amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d)   amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
       Adapun penyedap rasa dan aroma buatan yang banyak digunakan bersala dari golongan ester, Misalnya Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat(rasa nanas), isobutil propionat(rasa rum). Bahan digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenal dengan nama vetsin.
       Salah satu penguat rasa buatan lain yang sering kita kenal adalah pemanis buatan. Bahkan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakrin (kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), natrium siklamat (kemanisannya 50x gula) dan sorbitol.
       Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut.

3. Pengawet
       Zat pengawet adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun.
       Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
       Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
       Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
       Diantara beberapa bahan pengawet buatan, ada pula bahan pengawet yang tidak diperbolehkan digunakan untuk dikonsumsi sama sekali seperti bahan-bahan berikut :
1)    boraks Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
·        gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
·        gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
·        terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
·        menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
2)   Formalin, penggunaannya dapat menyebabkan kanker paru-paru, gagal ginjal, gangguan pencernaan, dan gangguan fungsi hati. Formalin ini biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
4. Pengental
      Zat aditif ini dapat membantu memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu. Contoh pengentalan adalah pati, gelatin dan gum (agar, alginate, karegenan)


5. Pengemulsi
      Pengemulsi adalah zat yang dapat mempertahankan disperse lemak dalam air dan sebaliknya. Contohnya pada mayones bila tidak ada Pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya. Contohnya Pengemulsi adalah lesitin pada kuning telur, gom arab, dan gliserin

4. Pemanis
      Pemanis adalah zat yang ditambahkan kepada makanan atau minuman sehingga menimbulkan rasa manis. Bahan pemanis ini terdiri dari dua jenis, yaitu pemanis alami danpemanis buatan. Pemanis alami disebut sukrosa yang dapat diperoleh dari olahan gula tebu, gula aren, dan gula merah. Sedangkan, pemanis sintetik berupa zat kimia yang dapat ditambahkan kepada makanan untuk menimbulkan rasa manis pada makanan. Beberapa jenis pemanis sintetik yang terdapat pada makanan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

C. Bahaya Zat Aditif
      Zat tambahan yang penting dinjau dari segi toksikologinya dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

a. Karsinogenisitas
       Pewarna buatan dapat menimbulkan kanker usus dan pankreas. Ini disebabkan kandungan arsen di dalamnya.  Siklamatdapat mengakibatkan kanker kandung kemih Sakarin dilaporkan memiliki karsinogenisitas yang tinggi selain menyebabkan terputusnya plasenta. Nitrat dan nitrit sebagai pewarna, pengawet dan memberkan rasa pada daging merupakan karsinogen kuat karena bergabung dengan amin membentuk berbagai nitrosamin.
      BHA (butil hidroksianisol) dan BHT (butil hidrokritoluen) dipergunakan sebagai antioksidan dan telah diselediki merugikan dan berbahaya, bahkan diyakini memiliki sifat karsinogen.

b. Reaksi Hipersensitivitas
       Beberapa zat tambahan makanan diketahui dapat menginduksi reaksi hipersensitivitas pada orang rentan. Karena secara umum zat-zat ini hanya mempengaruhi sebagian keci populasi. Zat-zat tambahan makanan yang penyebab hipersensitivitas yang dikenal secara luas adalah tatrazin, Sulfur dioksida, dan Monosodium glutamat (MSG).
Ø Tartrazin, zat pewarna kuning yang dipergunakan secara luas dalam berbagai makanan olahan telah diketahui dapat menginduksi reaksi alergi terutama bagi orang yang alergi terhadap aspirin.
Ø Sulfur dioksida(SO2) dan zat kimia yang berhubungan, misalnya bisulfit dan mtabisulfit, digunakan sebagai bahan pengawet dalam makanan olahan selai salad.
Ø Monosodium glutamat(MSG) Mengkonsumsi MSG secara berlebihan dapat menimbulkan Chinese Restaurant Syndrome (kesemutan pada punggung, leher, rahang bawah, sesak nafas, dan kepala pusing). Percobaan pada anak tiku menunjukkan bahwa MSG dosis tinggi menyebabkan menderita gangguan syaraf, kerusakan retina mata, dan pertumbuhan kerdil.
D. Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif Zat Aditif
       Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dan minuman dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut :

1. Secara Internal
       Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
       Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah.

2. Secara Eksternal
       Bagi Produsen makanan diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan.
       Sedangkan bagi pemerintah perlu melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.    zat aditif adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja dalam makanan atau minuman dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan, cita rasa, tekstu, dan memperpanjang daya simpan.
2.   aditif terbagi menjadi dua yaitu zat aditif alami dan zat aditif buatan
3.   Berdasarkan sifatnya zat aditif kelompokkan meniadi beberapa macam, yaitu permanis, pewarna, pemyedap, Pengawet, Pengental, Pengemulsi, dan antioksidan.
4.   zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan padawaktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, mempetkaya kandungan gizi, atau untuk menjaga makanan agar tidak cepat busuk.
5.   Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif memiliki sifat:
a. dapat memperbaiki kualitas atau gizi makanan
b. dapat membuat makanan tampak lebih menarik
c. dapat meningkatkan cita rasa makanan
d. dan dapat membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
6.   Bahaya zat aditif pada makanan atau minuman dapat menyebabkan karsinogcnitisitas dan rcaksi hipersensitivitas.
7.   Bahaya zat tambahan tak langsung dan bahan pencemar pada makanan maupun minuman bcrasal dari bahan pengemas, residu obat hewan dan makanan manusia, residu dan pencemaran, serta logam.
8.   Upaya untuk meminimalisasi dampak negatif zat aditif dapat dilakukan secara internal dan eksternal.


DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Sri dkk.2009.Sains Biologi 2 SMA/MA.Jakarta: Bumi Aksara

Puspita, Diana. 2009.Alam Sekitar IPA Terpadu.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

www.scribd.com(Diakses pada tanggal 14 Februari 2018 pada pukul 15:35 wib)


0 Response to "MAKALAH ZAT ADITIF DALAM MAKANAN LENGKAP"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel