Informasi Lainnya

KENDURI TROEN U BLANG

KENDURI TROEN U BLANG


A. Pendahuluan
            Mayoritas penduduk di kampung berprofesi sebagai petani. Bertani dilakukan secara turun temurun dengan cara menanam padi di sawah yang menghasilkan panen padi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
            Diawali dari keinginan sekolompok masyarakat yang mengharapkan keberkahan rezaki dari Allah dan sebagai wujud syukur kepada Allah sehingga sebelum menanam padi atau bercocok tanam, maka dilakukan sebuah acara menanam padi atau bercocok tanam, maka dilakukan sebuah acara yang disebut “KENDURI TROEN U BLANG” yang seudah menjadi mentradisi bagi masyarakat di kampung.
            Asal usul kenduri blang ini sudah ada sejak zaman dulu sampai sekarang masih dilakuakn karena masyarakat meyakini rezeki itu datang dari Allah dan dinilai tidak bertentangan dengan ajaran agama islam, kenduri merupakan sedekah.
            Kenduri Blang merupakan tradisi yang dilakuakn oleh sekolompok komunittas petani disebuah kemukiman. Kenduri Blang di kemukiman keumala raya, kecamatan Keumala kabupaten Pidie masih menjadi tradisi masyarakat sebelum bercocok tanam disawah.

B. Acara Kenduri Blang
            Ada beberapa kenduri yang masih dilakuakn masyarakat kemukiman keumala selama proses bercock tanam, yaitu :

1. Kenduri Abah Lueng
            Kenduri abah lueng dilakukan ketika mengalir air melalui saluran irigasi menuju area persawahan. Kenduri ini bertempat di pintu air irigasi, dimana irigasi tersebut mengalir air melalui saluran irigasi menuju persawahan.
            Hal utama yang harus dilakukan adalah bermusyawarah antara Keuchik, kepala mukim dan camat untuk menentukan waktu pelaksana kenduri Abah Lueng. Kemudian setiap kampung yang ada dikemukiman keumala mengumpulkan dana untuk kenduri Abah Lueng. Dana yang terkumpul untuk membeli kerbau, untuk disembelih di acara tersebut.
            Pada acara kenduri masyarakat wajib membawa nasi 2 bungkus (2 kulah) dan membawa peralatan memasak daging kerbau seperti kuali besi, kompor besar dan lain-lain yang diperlukan dalam acara ini tidak melibatkan kaum perempuan.
            Kaum laki-laki bekerja sama memasak daging dalam beberapa kuali besi (beulangeung besoe) sembari menunggu masakan siap, Teuku Imum bersamamasyarakat membaca yasin dan membaca doa mengharapkan perlindungan dari Allah agar terhindar dari hama selama bercocok tanam dan memperoleh hasil panen yang berkah.
            Kemudian Camat atau Kepala Mukim memberikan kata sabutan dan memberitahukan masa membajak sawah, masa tanam di mulai dan masa tanam berakhir. Acara selanjutnya makan-makan bersama.
            Setelah kenduri dilaksanakan, masyarakat mulai membersihkan saluran-saluran di persawahan dan mulai membajak sawah.

2. Kenduri Rah Bijeh
            Kenduri ini dilakukan di Meunasah Gampong masing-masing masyarakat membawa benih padi ke Meunasah untuk dipeusijuk(tepung tawar) oleh Teuku Imum. Pada acara kenduri ini masyarakat hanya menyiapkan Nasi Ketan (bulukat), air kopi, air the, dan perlengkapan Peusijuek.
            Sebelum acara Peusijuek, Teuku Imum bersama masyarakat yang hadir membaca Yasin dan doa bersama. Setelah itu dilanjutkan acara Peusijuek Benih Padi dan makan nasi ketan. Keesokan harinya masyarakat baru mempersiapkan benih untuk ditabur disawah mereka masing-masing

3. Kenduri Pade
            Kenduri Pade dilakukan masyarakat setelah masa tanam padi,untuk kira-kira 2 bulan atau padi sedah mulai bunting (batang padi sudah bulat). Kenduri ini dilakukan di beberapa tempat yang telah ditentukan oleh masyarakat.
            Masyarakat memotong domba atau kambing dan memasak bubur beras sesuai dengan jumlah dana yang terkumpul, kenduri ini diawali dengan membaca yasin dan doa. Masyarakat bekerjasama mempersiapkan dan memasak kenduri serta membawa 1 bungkus nasi dari rumah, Setelah itu Teuku meracik air obat dengan mencampurkan kulit dan bulu domba atau kambing, bunga-bunga yang bermacam-macam dan semanyam pinang didalam sebuah drum air, kemudian dibagikan ke masyarakat untuk dialirkan di saluran persawahan masing-masing sebagai penangkalpenyakit pada padi, tetapi sekarang air obat itu tidak dibuat lagi karena dinilai sudah tidak sesuai dengan ajaran agama islam dan dinilai musyrik.
            Sehingga kenduri pade sekarang hanya sebatas kenduri, baca Yasin dan Doa saja, mengharapkan dan meminta Hanya kepada Allah.

5. Peusijuek Aneuk Pade
            Ketika panen telah tiba, mulailah dilakukan peusijuek aneuk pade (metepung tawar bulir padi) yang telah di panen dan terkumpul di dalam tikar yang berbentuk tumpukan pade. Acara ini dilakukan masing-masing petani pada hasil panennya dengan menyiapkan peralatan peusijuek seperti air jeruk purut, daun seunijuk dan air bunga dan membakar kemenyan.
            Didalam tumpukan padi tersebut ditaruh sebuah batu besar, karena masyarakat yakin padi yang dihasilkan akan berkah seperti batu yang tekkan pernah habis. Setalah itu baru acara peusijuek dilakukan pada tumpukan padi tersebut kemudian membagikan kenduri berupa nasi ketan kepada tetangga yang dekat dengan sawah mereka masing-masing.
            Meletakan batu didalam tumpukan padi sudah tidak dilakukan lagi karena dianggap musyrik. Hanya dilakukan acara peusijuek saja. Setelah itu masyarakat mengumpulkan padi yang wajib di zakatkan di meunasah, yang kemudian Teuku Imum membagikan kepada yang berhak menerima Zakat.

C. Penutup
            Setiap apa saja yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun merupakan budaya yang terus dilakukan, seperti apa yang dilakukan masyarakat yang bermata pencarian sebagai petani selalu diawali dengan kenduri dan doa. Kenduri sebagai sedekah dan doa sebagai harapan, permintaan kepada Allah Agar setiap rezeki yang diperoleh mendapat berkah dari Allah SWT.

0 Response to "KENDURI TROEN U BLANG"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel