Informasi Lainnya

PAUD | Faktor Anak Usia Dini Tidak Mempertahikan Guru

A. Faktor Anak Usia Dini Tidak Mempertahikan Guru
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat penting dalam mempengaruhi tipe belajar anak usia dini, seperti cahaya, suara, suhu, kebisingan dan model kelas. Anak dibiasakan untuk mendengarkan berbagai suara agar anak lebih faham dan mudah mengerti apa yang disimaknya dalam pembelajaran, agar anak terbiasa menyimak apa yang didengarnya dalam berkomunikasi baik antara guru dan antar teman sebayanya. Selain suara cahaya juga sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan mata dalam melihat sesuatu disekelilingnya. Suhu yang sejuk akan memberikan kenyamanan dalam proses belajar mengajar, dan perlunya desain kelas yang menarik, simple, menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dengan adanya desain-desain dan gambar-gambar serta memberikan kenyamanan dalam menerima informasi dari gurunya.
2. Faktor Sosial
Faktor social merupakan factor yang mendorong anak usia dini dalam berkomunikasi antar teman sebayanya, dengan cara memberikan kegiatan secara berkelompok yang terdiri dari beberapa anak agar menumbuhkan sikap social yang lebih baik, dalm kegiatan ini diharapkan anak usia dini dapat menghargai hasil karya orang lain, dan dapat merencanakan, mengerjakan tugas secara bersama-sama, disitu secara tidak langsung anak akan berkomunikasi dengan sendirinya dan cenderung bersosialisai dengan temannya, dan dalam hal ini tanggung jawab individu juga perlu diberikan.
3. Faktor Emosional
Emosi anak sangat berhubungan dengan motivasi, jadi jangan bosan-bosan dalam hal memotivasi anak usia dini, karena itu sangat dibutuhkan dalam meningkatkan minat belajar anak, karena motivasi setiap anak berbeda-beda, ada yang dimotivasi dalam hal kepandaian, ada yang dimotivasi dalam hal penyemangatan. Tidak jarang anak yang memiliki motivasi yang rendah begitu juga anak yang memiliki motivasi tinggi. Dalam pemberian kegiatan seharusnya guru memberikan kegiatan yang bervariasi serta memberikan tanggung jawab kepada setiap individu dengan memberikan motivasi, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana tanpa membebani anak usia dini dan anak akan senang jika mengetahui apa yang diinginkan terpenuhi.
4.Faktor Fisik
Fisik harus disipkan juga sebelum proses belajar mengajar, karena kesiapan fisik anak usia dini ketika pembelajaran berlangsung akan mempengaruhi anak dalam menerima informasi pelajaran yang diberikan oleh guru, sebagai orang tua harus benar-benar mempersiapkan fisik anaknya ketika proses pembelajaran, seperti menyiapkan makan dan minum yang sehat dan bergizi, kalau perlu diberikan bekal jika anak tidak sempat untuk sarapan, serta tidur yang cukup dan tidak terlalu malam agar fisik pada pagi hari dapat fresh dan siap menerima pelajaran dengan baik. Sebagai guru juga harus memperhatikan waktu istirahat yang cukup dan memberikan kesempatan anak untuk bergerak agar anak tetap aktif.
5. Faktor Metode yang Terpadu
Pendidik haruslah mepunyai ide yang cemerlang dalam hal memilih metode, agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Metode yang dipilih seharusnya metode yang menarik dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak usia dini dan tidak lupa memperhatikan lingkungan, dan kondisi anak usia dini dalam memilih metode yang terpadu agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
B. Cara Mengatasi Anak Usia Dini Tidak Mempertahikan Guru
1. Mencari tahu penyebab kesulitan anak berkonsentrasi.
Dari beberapa faktor penyebab kesulitan konsentrasi yang telah dibahas diatas, langkah selanjutnya adalah menganalisa penyebab kesulitan anak. Misalnya: ketika mengikuti lomba mewarnai, anak sibuk melihat pekerjaan teman sehingga ia tidak mengerjakan gambarnya. Hal ini bisa disebabkan karena kesempatan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya kurang, sehingga ketika ia berada di luar rumah ia begitu senangnya sehingga ia lupa dengan tugasnya. Bisa juga anak kurang tertarik dengan mewarnai karena merasa bosan dengan aktivitas yang menuntutnya untuk duduk diam. Setelah itu, barulah mencari solusi dan strategi yang tepat agar anak bersedia bekerja sama menyelesaikan tugasnya.
2. Mencari strategi yang sesuai dengan anak.
Dalam mencari strategi yang tepat untuk mengatasi perilaku anak yang sulit, bisa didiskusikan bersama dengan anak, untuk membuat aturan bersama-sama. Dalam membuat peraturan dan batasan waktu pengerjaan sesuaikan dengan kemampuan anak. Memasuki usia 4-5 tahun anak sudah mulai paham dan bisa diajak kerja sama. Misalnya: ketika ia mengikuti lomba mewarnai anak harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Jika ia cepat menyelesaikan tugasnya ia akan diajak berjalan-jalan dan bermain di mall. Jika anak terlalu lama maka ia tidak jadi diajak-jalan. Dengan begitu, harapannya anak lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya.
Orang tua bisa menentukan target dan waktu pencapaian sesuai dengan kemampuan anak. Begitu juga dalam penerapannya orang tua bisa dengan menggunakan pemberian hadiah, pujian atau pemberian yang ia suka sehingga anak termemotivasi untuk menyelesaikan apa yang sedang ia lakukan. Anak-anak memang senang denga hadiah namun hati-hati dalam pemberiannya agar tidak terlalu berlebihan. Dalam pemberian hadiah, selalu ada usaha yang dilakukan. Misalnya dengan system stiker, ketika anak bisa menyelesaikan suatu pekerjaan yang kita tugaskan ia kita beri stiker, kemudiasetelah stiker terkumpul 5 barulah diberi hadiah. Namun sebelumnya hadiah yang diberikanpun rundingkanlah terlebih dahulu dan sesuaikan dengan kemampuan.

3. Melakukan aktivitas yang dapat melatih konsentrasi anak
Sebelum bersekolah, sebaiknya orang tua mulai melatih anak berkonsentrasi mulai dengan memberikan tugas yang sederhana sampai tugas yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Latihlah anak untuk mampu konsentrasi dalam situasi yang berbeda-beda, mulai dari belajar sambil ditemani, belajar sendiri sampai belajar konsentrasi bersama teman-temannya. Sehingga ketika anak bersekolah mampu mengikuti penjelasan dari gurunya.
Manfaatkan tingginya rasa ingin tahu anak, dengan memperkenalkan beragam aktivitas meski rentang konsentrasinya masih pendek. Gunanya, selain memperkaya pengetahuan, juga mempertahankan daya konsentrasi anak. Sebisa mungkin orang tua kreatif memberikan variasi kegiatan agar anak tidak bosan. Terus evaluasi rentang waktu konsentrasi anak. Pendeknya rentan waktu konsentrasi anak bisa juga disebabkan karena kurangnya latihan atau stimulasi melakukan suatu tugas.
4. Melalui aktivitas bermain, berolah raga dan seni juga bisa melatih konsentrasi anak.
a) Aktivitas bermain
Dalam permainan biasanya ada instruksi yang diberikan. Dengan demikian secara tidak langsung melatih anak untuk mengikuti instruksi dan mampu melakukannya dengan tepat dan cepat.
v  Menjumput (menggunakan jempol dan telunjuk) butiran kacang merah, jagung kedelai sambil menghitung jumlahnya, selain melatih konsentrasi juga melatih motorik halus anak. Atau jika bosan bisa dengan menempelkannya di sebuah tempat (tempayan) dengan digambar pola terlebih dahulu.
v  Memindahkan air dari mangkuk/baskom kedalam botol dengan menggunakan tutup botol tersebut. Dilakukan dengan tangan kanan dan kiri secara bergantian.
v  Bermain Puzzle juga diyakini dapat meningkatkan konsentrasi dan memori anak. Kotak susu bekas dapat dibuat menjadi puzzle sederhana.
v  Menyusun balok bisa juga dilakukan. Menyusun balok secara horisontal keatas maupun vertikal dalam bentuk barisan.
b) Aktivitas olah raga
Dari penelitian menunjukkan bahwa dengan aktif bergerak dan berolah-raga dapat meningkatkan kecerdasan karena dengan berolah-raga aliran darah dan oksigen ke otak akan lebih baik. Penelitian lain juga menunjukkan, aktif bergerak akan membantu proses disintesa protein-protein sebagai penumbuh saraf otak yang baru, yang dapat membantu menyimpan memori jangka panjang. Dengan demikian, jelaslah bahwa aktivitas olah raga bisa membantu regenerasi kerja otak, selain manfaat kesehatan yang akan kita peroleh. Jadi secara fisik dan mental akan lebih sehat lagi. Misalnya olah raga :
v  Berenang, terutama dengan gaya bebas juga merupakan olahraga yg baik untuk anak, karena berenang bisa menstimulasi indera-in sensoris, melatih konsentrasi, juga menstimulasi otak kanan dan kiri (pada gerakan gaya bebas).
v  Sepak bola juga bisa melatih anak untuk menendang bola dengan lurus dan fokus mengarah ke gawang.
c) Aktivitas seni
Di era yang serba modern seperti saat ini, banyak sekali cara-cara yang diterapkan sebagai bentuk usaha dalam peningkatan kecerdasan otak dan daya konsentrasi anak. Salah satunya melalui terapi musik. Dikalangan masyarakat cara seperti ini mungkin sudah tidak asing lagi, banyak orangtua yang menerapkan terapi ini pada buah hatinya.
Peran musik memang sangat besar untuk merangsang perkembangan otak anak. Efeknya dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, yaitu kemampuan untuk mengenali atau menafsirkan lingkungannnya dalam bentuk bahasa, memori dan visual.
Musik mampu meningkatkan pertumbuhan otak anak, karena musik merangsang pertumbuhan sel otak. Musik bisa membuat kita menjadi rileks dan riang, yang merupakan emosi positif. Emosi positif inilah yang membuat fungsi berfikir seseorang menjadi maksimal. Oleh karena itu kalau orang tua mau memanfaatkan fungsi musik sebagai terapi dirumah, selain hasilnya akan sangat bagus bagi perkembangan anak, termasuk dalam hal konsentrasi, bisa juga membuat atmosfer rumah lebih bersemangat tapi semuanya tergantung dari musik yang didengarkan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dengan mendengarkan musik di pagi hari akan meningkatkan daya konsentrasi siapapun yang mendengarkan.
Semua aktivitas yang dilakukan membutuhkan usaha maksimal, konsistensi, dan kesabaran dalam melatih, mengarahkan dan memotivasi anak. Semua aktivitas yang dilakukan tidak ada yang sifatnya instan, cepat mendapatkan hasil. Semuanya ada pengorbanan, terutama untuk orang tua, agar meluangkan waktu bersama dengan anak dan melatihnya dengan penuh kesabaran.








0 Response to "PAUD | Faktor Anak Usia Dini Tidak Mempertahikan Guru"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel