Informasi Lainnya

MAKALAH BERBAKTI KEPADA ORANG TUA LENGKAP


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Manusia diciptakan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Dalam artian, manusia membutuhkan manusia lainnya untuk menjalani hidupnya. baik dalam hal yang bersifat kecil dan terlebih dalam hal yang begitu penting.
Namun tidak ada orang yang paling berjasa dalam hidup kita selain orang tua kita sendiri. Mereka memberikan kasih sayang yang sungguh luar biasa kepada kita sejak kita lahir hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih sayangnya kepada kita.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas.
Lalu apa yang akan kita lakukan untuk membalas semua kebaikannya?
Allah memerintahkan kita sebagai orang muslim untuk berbakti kepada mereka. Sebagaimana firman-Nya ;
“ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya” (Al Ankabut 8).

B.       Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Berbakti Kepada Orang Tua


BAB II
PEMBAHASAN

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua.
Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang telah diberikan kedua orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan pernah bisa terbalas oleh seorang anak. Oleh karena itu kita harus berusaha sebisa mungkin membuat orang tua kita bangga membuat mereka bahagia.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan tentu saja masih banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas.
Selain itu sebagai anak kita harus mentaati semua yang diperintahkan oleh kedua orang tua kita namun dalam batasan tidak keluar dari aturan-aturan Allah SWT. dan Rasul-Nya.

B. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua.
Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan ‘Abdullah bin Mas’ud.
“Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW. ‘perbuatan apa yang paling disukai Allah?’ Nabi menjawab : ‘Shalat pada awal waktu.’ Kemudian apa lagi? Nabi menjawab : ‘Berbakti kepada orang tua.’ Kemudian apa lagi?’ Nabi menjawab : ‘Jihad di jalan Allah.“

Dan dalam keterangan lain,
Amr Radhiyallahu Anhuma berkata, “Seseorang datang meminta izin untuk berjihad brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘Apakah orang tuamu masih hidup?’ ia menjawab ‘ya’ Nabi bersabda “Berjihadlah dengan izin kedua orang tuamu”. (Dikeluarkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).
Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada orang tua lebih diutamakan ketimbang jihad?
Rasullullah SAW. bersabda, Maukah aku beritahu kalian tentang dosa yang paling besar? “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.”Lanjutan hadits ini adalah : ….Asalnya Rasulullah bersandar lalu tegak duduk dan bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta serta sumpah palsu“ beliau terus-menerus mengucapkan kata itu hingga kami ( para shahabat ) berkata, ”seandainya saja beliau diam“.
Keterangan di atas menunjukan bahwasanya termasuk dosa besar apabila seorang anak mendurhakai orang tua, baik itu menyakiti hati mereka, mengucapkan kata-kata yantg tak pantas kepada mereka ataupun tidak menghormati mereka sebagai orang yang telah melahirkan, mengurus, membimbing hingga kelak kasih dan sayang mereka tak akan pernah hilang atau pun berkurang kepada kita.

C. Mendahulukan Ibu.
Dalam kedua kitab shahih diriwayatkan :
“Seseorang datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapat perlakuan baik ? Rasulullah SAW. menjawab, “ ibumu.” Ia bertanya, kemudian siapa lagi ? beliau menjawab “ ibumu “. Kemudian siapa lagi ? beliau menjawab “ ibumu”. Ia menjawab lagi kemudian Rasulullah menjawab, “ ayahmu ”. HR. al-Bukhariy.

Takhrij Hadits.
Selain Imam al-Bukhoriy yang meriwayatkan hadits diatas ,Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam at-Tirmidzi, dan Imam Ibnu majah pun meriwayatkan juga. Matan diatas adalah yang dicatat oleh Imam al-Bukhariy dalam kitab adab, Babul Birri wa Shilah dengan sanad sebagai berikut; Kata beliau, telah menceritakan kepada kami Quttaybah bin Said, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Umarah bin al-Qa’qa, bin Syubrumah, dari Abi Zur’ah, Dari Abu Hurayrah r.a. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini melalui sanad yang sama, dengan matan yang berbeda namun sema’na.
Imam Abu Daud dan at-Tirmidzi juga meriwatkan hadits yang semakna. Diterima dari Bahiz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya yaitu Mu’awiyyah bin Haydah. Ia bertanya kepada Rasulullah Saw,
“Kepada siapa saya harus berbuat baik?” Jawab Rasulullah Saw, “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian keluarga paling dekat kemudian keluarga yang dekat...”
Melihat susunan sanad yang dilalui Imam Abu daud dan Imam at-Tirmidzi, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga memperkirakan bahwa seorang yang bertanya kepada Rasulullah Saw. yang dimaksud oleh Abu Hurayrah itu adalah Mu’awiyyah bin Haydah.
Rasulullah SAW. mengulangi kewajiban berbakti kepada ibu hingga tiga kali sedangkan kepada ayah hanya satu kali. Hal itu disebabkan derita seorang ibu lebih besar dari pada ayah dan kasih sayang yang diberikannyua juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi jika dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, berjaga malam dan masih banyak lagi.
Jadi, dari keterangan diatas bahwasanya seorang anak dianjurkan lebih mengutamakan seorang ibu ketimbang ayah, yang dilihat dari pengorbanan seorang ibu lebih besar dari pengaorbanan seorang ayah.
 “ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “

D. Durhaka kepada Kedua Orang Tua.
Allah SWT. berfirman :
“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya…
…Jika salah seseorang diantara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ AH “….
Artinya, janganlah berkata-kata kasar kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan berumur. Selain itu wajib bagimu untuk memberikan pengabdian kepada mereka sebagaimana mereka berdua memberikan pengabdian padamu. Keutamaan biasanya lebih dimiliki yang pertama, bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? Kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup. Sedangkan jika kamu menahan derita karena keduanya, kamu mengharapkan kematiannya. Allah melanjutkan firmannya,
 “…dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (al-Isra’ : 23)

“Ya Allah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka mengurus ketika aku masih kecil “.
Allah Ta’ala berfirman,
“Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, dan kepada-Ku lah kembalimu”. ( Luqman : 14 ).
Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak dterima salah-satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya :
·         Firman Allah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima“.
·         Firman Allah, “Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat”. maka barangsiapa yang melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat maka tidaklah diterima.
·         Firman Allah, “Agar kamu bersyukur kepadaku dan kepada kedua orang tua mu“. Barang siapa yang bersyukur kepadaku namun tidak bersyukur kepada ibu bapak tentu saja itu akan sia-sia.
E. Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua.
Berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim. Oleh karena itu seorang anak akan mendapatkan hikmah apabila ia melaksanakan kewajiban tersebut, diantaranya :
Mendapatkan ridha Allah SAW.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “ Keridhaan Allah ada dalam keridhaan ibu bapak dan kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orang tua”. ( Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Abdullah Bin Amr ). Amr Radhiyallahu Anhumaberkata, “ Seseorang datang meminta izin untuk berjihad brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘ Apakah orang tuamu masih hidup?’ ia menjawab ‘ya’ Nabi bersabda “Berjihadlah dengan izin kedua orang tuamu”.
( Dikeluarkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim ).

Terhindar dari dosa besar.
Dalam kitab shahih Bukhari dan shahih muslim, Rasulullah SAW. bersabda, Maukah aku beritahu kalian tentang dosa yang paling besar? Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.” Lanjutan hadits ini adalah : ….Asalnya Rasulullah bersandar lalu tegak duduk dan bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta serta sumpah palsu “ beliau terus-menerus mengucapkan kata itu hingga kami ( para shahabat ) berkata,” seandainya saja beliau diam “.

Sebab bertambahnya rizki.
Dijelaskan dalam hadits Anas Bin Malik, Rasulullah SAW. bersabda : “ Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan ditambahkan rizkinya, maka hendaklah dia ihsan kepada orang tuanya dan menyambung hubungan kekerabatanya “.

Menjamin terlahirnya anak-anak shaleh.
Diriwayatkan dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah bersabda : “ berbuatlah ihsan kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbuat Ihsan kepada kalian. Peliharalah kesucian diri kalian, niscaya istri-istri kalian akan memelihara kesucian diri mereka “.

 Balasan surga dari Allah SAW.
Didalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, Nasa’i, dan Hakim dari hadits jahimah, Rasulullah bersabda, “ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “oleh karena itu, kita harus berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu yang dinilai pengorbanan dan kasih sayangnya lebih besar ketimbang ayah.

F. Do’a Kepada Kedua Orang Tua.
“ Ya Allah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka mengurus ketika aku masih kecil “
Banyak ayat Al Qur’an maupun Al-Hadits yang menerangkan bahwa berbuat baik kepada ibu bapak itu wajib. Bahkan, termasuk amal yang paling utama setelah beribadah dengan ikhlas kepada Allah SWT.
Allah SWT. berfirman :
“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya….. ( Al Israa ( 17 ) : 23 ).
“ Beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kamu sekutukan dia dengan sesuatu apapun dan berbaktilah kepada ibu bapakmu… ( An-Nisa : 36 ).

1.  Surat Al-Ahqaf ayat 15-16
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ () أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ

A.    Terjamah
15.  Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
16.  Mereka Itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang Telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang Telah dijanjikan kepada mereka.
B. Asbabun Nuzul
Sementara ulama berpendapat bahwa ayat di atas turun menyangkut Sayyidina Abu Bakar r.a saat usia beliau mencapai 40 tahun. Beliau telah bersahabat dengan Nabi SAW, sejak berumur 18 tahun dan Nabi ketika itu berumur 20 tahun. Mereka sering kali berpergian bersama antara lain dalam perjalanan dagang ke Syam. Beliau memeluk Islam pada usia 38 tahun dikala Nabi baru beberapa saat mendapat wahyu pertama, dan dua tahun setelah itu Abu Bakar r.a berdo’a dengan kandungan ayat di atas. Sayyidina Abu Bakar memperoleh kehormatan dengan keIslaman ibu bapak dan anak-anaknya. Menurut al-Quthubi tidak seorang sahabat Nabipun yang ayah, ibu, anak-anak lelaki dan perempuan memeluk Islam kecuali Abu Bakar r.a.[1]
Tafsir
Ayat 15 pada surat Al-Ahqaf memerintahkan manusia supaya berbuatbaik kepada kedua orang tua dengan kebaikan apa saja yang tidak terikat oleh persyaratan tertentu. Pesan ini dating dari pencipta manusia, dan mungkin pesan ini hanya diberikan kepada jenis manusia. Tidak diketahui dengan pasti apakah didunia burung, binatang, serangga dan selainnya ada kewajiban bahwa yang besar mesti mengasihi yang kecil. Namun menurut pengamatan, binatang hanya dibebeni tugas secara naluriah. Yaitu binatang ang besar memelihara binatang yang kecil. Hal ini berlaku pada beberapa jenis binatang saja. Maka, ayat tadi mungkin hanya berlaku bagi manusia.
Redaksi kalimat dan untaian kata-kata pada ayat itu mempersoonifikasikan penderitaan, perjuangan, keletihan dan kepenakan. “ Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. “Dia bagaikan orang sakit yang berjuang dengan dirundung kemalangan, memikul beban berat, bernafas dengan susah payah, dan tersengl-sengal. Itulah gambaran saat dia mengandung, terutama menjelang kelahiran anak. Itulah gambar perslinaan, kelahiran, dan aneka kepedihan.
Kedewasaan dicapai pada usia sekitar 30 hinggga 40 tahun. Usia 40 merupakan puncak kematangan dan kedewasaan. Pada usia ini sempurnalah segala potensi dan kekuatan, sehinggga manusia memiliki kesiapan untuk merenung dan berfikir secara tenang dan sempurna. Pada usia ini fitrah yang lurus lagi sehat mengacu pada apa yang ada dibalik kehidupan dan sesudahnya, mulai merenungkan tempat kembali dan akhirat.  
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat engkau yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku.” Inilah seruan qalbu yang mersakan nikmat Tuhannya, yang memandang agung dan besar atas nikmat yang merasakan nikmat Tuhannya, yang memandang agung dan besar atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada dirinya dan orang tuanya pada masa lalu, sedang dia merasa usaha untuk mensyukurinya sangatlah minim dan kecil. Hamba tersebut memohon kepada Rabbnya kiranya dia membantu dalam menghimpun segala kekuatannya, “ Tunjukanlah kepadaku… “ Yakni, agar dia bangkit melaksanakan kewajiban bersyukur sehingga kekuatan dan himmahnya tidak terpacah kedalam berbagai kesibukan yang melupakan kewajiban yang besar ini.
“Serta supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang engkau ridha” Ini adalah permohonan lain. Dia memohon pertolongan agar mendapat taufik untuk beramal saleh sehingga dengan kesempurnaan dan kebaikan amal, dia meraih keridhaan-Nya, lalu Dia ridha kepadanya.
“Berikan kebaikan kepadaku denagn (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.” Inilah permohonan ketiga berupa keinganan hati seorang mukmin agar amal shalehnya sampai kpada keturunannnya dan agar Qalbunya merasa senang jika keturunannya beribadah kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya. Do’a itupun merupakan permohonan syafaat untuk bertaubat dan berserah diri.
Adapun sikap Tuhan kepada hamba demikian, maka dijelaskan dalam surat Al-Ahqaf  ayat 16, dimana balasan itu memperhitungkan amal yang paling baik. Aneka keburukan itu diampuni dan dimaafkan. Mereka kembali kesurga bersama para penghuninya yang utama. Itulah pemenuhan janji suci yang dijanjikan kepada mereka didunia. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Itulah balasan yang melimpah, banyak dan besar.[2]   
Munasabah  (Kewajiban berbuat baik kepada ibu bapak):
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah, lalu istikomah dalam beriman dan melaksanakan ibadah, akan memperoleh kebahagian surga di akherat dan kekal didalamnya sebagi balasan atas amal mereka di dunia. Pada ayat-ayat ini diterangkan perntah Allah kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu bapaknya yang telah membesarkan dan memelihara dengan susah payah.Seoarng anak yang baik dan soleh adalah disamping ia beribadah kepada Allah, juga selalu berbakti kepada ibu bapaknya dan berdo;a kepada Allah agar keduanya selalu mendapat rahmat dan karunianya. Anak yang demikian termasuk penghuni surga.[3] 
  1. Aspek Tarbawi
  • Hendaklah berbuat baik dan sayang  kepada kedua orang tua
  • Hendaklah bertaubat atas segala kesalahan dengan beristighfar dan bertaubat tidak melakukannya lagi
  • Hendaklah berkata yang lemah lembut dan sopan kepada orang tua

2.      Surat Luqman ayat 13-15

وَاِذْقَالَ لُقْمَانُ لِاَبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللّهِ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ اُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ(14) وَاِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى اَنْ تُشْرِكَ بِي ما لَيْسَ لكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (15)

A.    Terjemah

  1. 13.  Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
  2. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
  3. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

B. Asbabun Nuzul
Kami tidak menemukan asbabun nuzulnya.  

C. Tafsir
Ayat di atas merupakan nasihat Lukman kepada anaknya. Lukman melarang anaknya dari berbuat syirik, dia memberikan alasan atas larangan tersebut bahwa kemusyrikan itu adalah kazaliman. Pernyataan Lukman tentang hakikat ini di perkuat dengan dua tekanan. Pertama, mengawalinya dengan larangan berbuat syirik dan alasannya. Kedua, dengan huruf inna “sesungguhnya” dan huruf la “benar-benar”.
Nasihat seorang ayah kepada anaknya adalah bebas dari segala syubhat dan jauh dari segala prasangka. Sesungguhnya perkara tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama yang selalu di serukan oleh orang-orang yang di anugrahkan oleh Allah diantara manusia. Tidak ada kehendak lain di baliknya melainkan kebaikan semata-mata, dan sama sekali tidak menghendaki selain yang demikian. Inilah pengaruh jiwa yang di maksudkan dalam ayat di atas.“… Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lamah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun… “.
Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang ibu dengn tabiatnya harus menaggung beban yang amat berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menganggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus. Walapun satu tarikan nafas dalam proses kehamilan dan kelahirannya, tetap tidak dapat di balasoleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah.
Dari sela-sela nuansa gambaran yang di liputi dengan kasih sayang itu, Al- Qur’an mengarahkan agar bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama. Kemudian berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu pada urutan berikutnya. Al-Qur’an menggambarkan urutan kewajiban-kewajiban. Jadi, yang pertama bersyukur kepada Allah kemudian berterima kasih kepada orang tua.  “Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…”
Hingga bila orang tua menyentuh titik syirik ini, jatuhlah kewajiban taat kepadanya, dan ikatan aqidah harus mengalahkan dan mendominasi segala ikatan lainnya. Walaupun kedua orang tua telah mengeluarkan segala upaya, usaha, tenaga, pandangan yang memuaskan untuk menggoda anaknya agar menyukutukan Allah dimana ia tidak mengetahui tentang ketuhanannya (dan setiap yang disembah selain Allah pasti tidak memiliki sifat ketuhanan, karena itu camkanlah), maka pada saat itu anak diperintahkan agar jangan taat. Dan perintah itu berasal dari Allah sebagai pemilik hak pertama dalam ketaatan. Namun, perbedaan aqidah dan perintah dari Allah agar tidak taat kepada orang tua dalam perkara yang melanggar aqidah, tidaklah menjatuhkan hak kedua orang tua dalam bermuamalah dengan baik dan menjalin hubungan yang memuliakan mereka.
Surat Luqman ayat 15 berisi bahwa Allah menyuruh supaya berbuat baik kepada ibu bapak dan menurut apa-apa perintahnya, tetapi jika keduanya menyuruh kamu, supaya kafir (mempersekutukan) Allah, maka janganlah turuti perintahnya itu. Dalam pada itu hendaklah kamu bergaul dengan dia menurutnya patutnya juga, dan tidak boleh kamu memusuhinya atau durhaka kepadanya. Pendeknya perkataan ibu, bapak itu wajib untuk dituruti, selama tidak melanggar peraturan agama Islam.

D. Munasabah
            Nasehat lukman kepada anaknya (ayat 12-19) pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah telah menciptakan langit, gunung-gunung dan bintang-bintang, serta menurunkan hujan yang dengannya tumbuh berbagai macam tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu merupakan nikmat nyata yang dilimpakan Allah untuk manusia. Pada ayat berikut ini diterangkan nikmat-nikmat Allah yang tidak tampak, berupa hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu, hikmah, dan kebijaksanaan seperti Lukman. Dengan pengetahuan itu, ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan budi pekerti yang mulia, tanpa adanya Nabi yang menyampaikan dakwah kepadanya. Oleh lukman kepercayaan dan budi pekerti yang mulia itu diajrkan kepada putranya agar menjadi hamba yang soleh dimuka bumi.[4]
Aspek Tarbawi
  • Larangan berbuat syirik atau menyekutukan Allah, karena kemusyrikan itu adalah kezaliman yang besar
  • Hendaklah bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama, kemudian berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu pada urutan berikutnya.
  • Jika kedua orang tua memaksa untuk menyekutukan Allah maka janganlah menuruti perintahnya.
  • Hendaklah bergaul kepada orang tua dan tidak boleh memusuhi atau durhaka kepadanya.  


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Akhlak terhadap orang tua merupakan akhlak yang sangat penting, hingga dosa dari berbuat durhaka kepada orang tua berada di tingkat kedua setelah dosa menyekutukan Allah.
Ibu merupakan orang tua yang wajib kita hormati, atas apa yang telah beliau berikan kepada kita dari mengandung kita selama sekitar 9 bulan 10 hari hingga sekarang. Penerapan dalam akhlak menghormati orang tua sangat diperlukan karena itu merupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim, cara menghormati orang tua ang masih hidup dapat dimulai dari hal-hal yang kecil, contohnya: Berbakti dengan melaksanakan nasehat dan perintah yang baik dari keduanya, selalu melaksanakan perintah orangtua dan masih banyak yang lainnya.
Dan untuk berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal ada beberapa cara yang dapat dilakukan contohnya: Merawat Jenazahnya, menyambung silaturahmi dengan kerabatnya, dan juga masih banyak yang lainnya.
Diantara sebab-sebab seseorang durhaka kepada orang tua diantaranya adalah bodoh dan tidak mengetahui keutamaan orang tua serta adanya sifat pilih kasih terhadap yang lainya.
Sementara akibat-akibat bagi orang yang mendurhakai orang tua sebagai contoh: Allah akan mengutuk dan Allah akan menyegerakan azab serta Allah akan murka kepadanya.Untuk mngatasi anak yang sering membantah kepada orang tuanya bisa dilakukan dengan berbagai cara,diantaranya meningkatkan kasih sayang dan perhatian terhadap anak serta arahkanlaah anak kepada pergaulan yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA


Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Pt. InterMasa, Jakarta.
Zakaria, Aceng. Terjemah Al-Hidayah III, tt.
Adz-Dzahabi, AL-KABAIR Galaksi Dosa, Darul Falah.
Bulughul Maram, CV. A. Hassan, Diponegoro Bandung, 1986.
Ust. H. Muhammad Rahmat Najieb, S.Pd , Percikan Do’a, PT Raja Grafindo PersadaJakarta.
Ust. H. Muhammad Rahmat Najieb, S.Pd, Ibumu, Ibumu... Bapakmu, Majalah Risalah, tt.
sumberhttp://blog.rizqisme.web.id/2010/02/berbakti-kepada-kedua-orang-tua.html


0 Response to "MAKALAH BERBAKTI KEPADA ORANG TUA LENGKAP"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel