Informasi Lainnya

makalah krisis moniter


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berbicara tentang Indonesia, banyak sekali hal yang perlu dan penting untuk dicatat,terutama mengenai perkembangan Indonesia dari masa ke masa, selama hampir tiga dekade dari tahun 1970 hingga pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia memperlihatkan stabilitas kinerja yang sangat baik. Bahkan pada tahun 1993, Bank Dunia mengkatagorikan Indonesia kedalam klasifikasi “New Industralized Economies” (NIES), bersama dengan Malaysia dan Thailand. Produk Domestik Bruto (PDB) riil tumbuh rata-rata 7 persen setahun dan inflansi terkendali pada tingkat dari sekitar US$ 100 tahun 1970 menjadi sebesar US$ 1.014 ditahun 1996 dan jumlah penduduk miskin menurun dari sekitar 60% menjadi 11%. Dalam tahun 1996,PBD riil bahkan masih tumbuh sekitar 8%.
Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis nilai tukar rupiah yang meluas menjadi krisis ekonomi. Sepanjang tahun 1998, rupiah terdepresiasi dengan lebih dari 70% mencapai puncaknya pada Juli 1998 dimana nilai tukar mencapai Rp. 14.700 per US$. Tahun 1997 PDB tumbuh sebesar 4,7% dan berkontraksi hingga minus 13,1 persen ditahun 1998. Inflasi yang hanya berkisar rata-rata 8,1% antara 1991-1996, pada tahun 1998 meningkat tajam menjadi 77,6%, yang sebagian besar berasal dari barang-barang yang diperdagangkan secara internasional . Setelah gagal menahan laju depresiasi rupiah, Bank Indonesia pada bulan Juli 1998 menaikkan tingkat suku bunga (SBI) satu bulan hingga 70%. Pada tahun 1998,akibat permintaan domestik yang menurun tajam, import barang konsumsi dan ekspor migas mengalami penurunan masing-masing dengan 34% dan 36%.
Krisis ekonomi Indonesia mencapai titik puncak pada tahun 1998, yang ditandai oleh kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 13,1%. Setelah itu pertumbuhan ekonomi sudah bergerak ke arah positif. Namun demikian dampak krisis ekonomi belum hilang dari kehidupan masyarakat.
Salah satu dampak utama dari krisis ekonomi di Indonesia adalah terjadinya begitu banyak dalam perubahan mendasar dalam tatanan ekonomi, sosial, politik, dan budaya yang menentukan arah kehidupan bernegara, disatu sisi merupakan perubahan yang terbesar dalam sejarah Indonesia modern, namun disisi lain memberikan kontribusi bagi kompleksitas permasalahan pemulihan ekonomi. Krisis multi dimensi ini merupakan antiklimas dari sukses perekonomian Indonesia sepanjang hampir tiga dekade dipemerintah Orde Baru sejak  dicanangkannya Repelita Pertama pada tahun 1969.
Kontraksi perekonomian diikuti oleh pertumbuhan negatif hampir semua lapangan usaha. Sektor konstruksi mengalami kontraksi 36,44% disusul oleh pertumbuhan negatif hampir semua lapangan usaha. Sektor kontruksi mengalami kontruksi 36,44% disusul oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan dengan produksi terbesar terjadi pada industri berat seperti mesin-mesin,baja, otomotif, dan bahan kontruksi. Krisis ekonomi tersebut kemudian membuat Pemerintah memusatkan kebijakan program dan pendanaannya kepada Jaring Pengaman Sosial (JPS), restrukturasi sektor moneter, dan rekapitulasi perbankan.     Konsentrasi dana dan daya ini menyebabkan sektor produksi (barang dan jasa) seperti terabaikan walaupun kondisinya sama buruknya dengan sektor perbankan sebagai akibat bunga bank yang tinggi, kurs, dollar yang fluktuatif, dan hutang korporasi jangka pendek.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa penyebab terjadinya krisis di Indonesia ?
2.      Apa dampak dari krisis perekonomian di Indonesia ?
3.      Bagaimana cara yang ditempuh untuk mengatasi krisis ekonomi di Indonesia ?
1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa saja yang telah pemerintah lakukan dalam masalah krisis ekonomi di Indonesia
2.      Mengetahui bidang apa saja yang terpengaruh dari krisis moneter
3.      Mengetahui bagaimana dunia global dalam mengatasi masalah krisis ekonomi



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kronologis  Krisis di Indonesia
            Krisis Moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand, dan memengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya dibeberapa negara Asia. Krisis ini membawa berbagai masalah di Indonesia, terutam dibidang ekonomi. Melemahnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yang disebabkan oleh merosotnya nilai tukar dollar Amerika, dan diperparah lagi dengan peristiwa dalam dunia perdagangan. Dimana salah satunya telah mengakibatkan terajdinya lonjakan harga barang-barang yang diimport.
Krisis itu sendiri didalam laporan IMF World Economic Outlook yang baru digolongkan menjadi berbagai jenis, yaitu ; (1)Currency crisis (2)Banking cricis (3)Systemic financial cricis (4) Foreign debt cricis . Yang terjadi di Indonesia dimulai dengan dampak dari proses penularan dimana rupiah tertekan dipasar. Akan tetapi dengan langkah kebijakan yang dilakukan dan implikasi dari padanya (pelebaran tentang kurs intervensi pengambang bebasan rupiah, intervensi BI dan pengetatan likuiditas) . (Arifin.Ekonomi politik dan kebijakan publik.2001).
Namun ironisnya krisis finansial yang terajdi di Asia Tenggara yang berimbas pada Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendlikan naikknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Pada Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) Mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada stabilisasi ekonomi macro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain ; Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu panjang. Hingga pada akhirnya Presiden Soeharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. (Adi.Sejarah lengkap indonesia.2014) .
Mengenai perkembangan terjadinya krisis, mungkin secara kronologis dapat disebutkan secara singkat, apa yang terajdi sejak bulan juli 1997 , sebagai berikut ;
  1. Tertekannya nilai tukar rupiah setelah terjadi hal yang serupa terhadap bath Thailand yang diikuti dengan pengembangan bath tanggal 2 juli 1997 dan peso piliphina 11 juli 1997 .
  2. Dilakukan pelebaran kurs intervensi rupiah dari 8% menajdi 12% pada 11 juli 1997, setelah dilakukan pelebaran sebanyak enam kali sejak 1994.
  3. Dilakukan penghapusan tentang kurs dan investasi atau pengembangbebasan rupiah pada tanggal 14 agustus 1997.
  4. Langkah-langkah kebijakan macro dan sekroral 3 September 1997, suatu “self imposed IMF program”.
  5. Keputusan untuk meminta bantuan IMF awal october 1997.
  6. Perundingan dengan IMF yang menghasilkan ‘letter of intent’ pertama, 31 october 1997, dari precauntionary menjadi standby arragement . Program yang akan diimplementasikan meliputi kebijakan pengendalian moneter dan nilai tukar, langkah-langkah fiskal, restrukrirasasi sektor keuangan dan restrukrisasi sektor riil.
  7. Kebijakan pencabut ijin usaha 16 bank dan implikasinya.
  8. Pencairan pinjaman tahap $3 milyar dari pinjaman IMF yang kurang lancar (masalah tuntutan terhadap Gubernur BI Menkeu di PTUN, ketidakjelasan pelaksanaan penghapusan monopoli dan penundaan proyek-proyek serta pelaksanaan kebijakan moneter yang seret) dan reaksi pasar yang negatif.
  9. Reaksi pasar terhadap pencalonan Habibie sebagai Capres
  10. Pelaksanaaa restrukrisasi perbankkan dengan pemberian garansi terhadap dari semua deposito, giro, tabungan,dan pinjaman perbankkan serta pendirian BPPN.
  11. Keputusan BPPN membekukan 7 bank serta melaksanakan pengawasan intensif terhadap 7 bank lain.
  12. Perundingan pemerintah dengan IMF menghasilkan “memorandum tambahan tentang kebijaksanaan ekonomi dan keuangan” yang ditanda tangani oleh Menko Ekuin pada 9 April 1998
  13. Penyelesaian pinjaman swasta dengan berbagai perundingan di Tokyo, New york  dan Frankfurt
  14. Pengumuman kabinet reformasi dan pemberian status independen kepada bank Indonesia setelah pergantian presiden dari Soeharto ke Habibie
2.2 Penyebab Timbulnya Krisis
Jika dilihat dari proses terjadinya krisis moneter di Indonesia didahului oleh suatu euphoriaadanya pertumbuhan yang tinngi dalam kurun waktu yang lama yang digambarkan sebagai economic miracel oleh Bank dunia .timbul perkembangan yang menampakkan tanda-tanda adanya bubbles seperti ekspansi real estates yang kelewat besardan pertumbuhan pasar saham yang luar biasa bersamaan dengan masuknya dana luar negeri berjangka pendek secara berlebihan. Dalam keadaan terebut kemudian timbul gejolak yang menyebabkan suatu distress dan melalui dampak penularan yang sistematik menjadi krisis. Krisis tersebut semula terjadi di sektor perbankan, kemudian melebar menjadi krisis ekonomi yang secara yang secra sistematik melebar menjadi krisis sosial, politik dan akhirnya krisis kepemimpinan nasional.
Dewasa ini pandangan-pandangan mengenai timbulnya krisis yang beraneka ragam tersebut, mungkin dapat digolongkan menjadi dua kelompok :
ü  Masalah internal ekonomi nasional, terutama lembaga keuangan(perbankan) (Paul Krugman,ahli ekonomi dari Stanford University)
ü  Bahwa krisis ini timbul dari perubahan sentimen pasar, masalah eksternal, yang diperkuat dengan contagion effects. (Jeffrey Sachs,ahli ekonomi dari Harvard University)
Guru Besar ilmu Ekonomi Universitas Indonesia mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya krisis ekonomi di Indonesia yaitu ;
  1. Perubahan sentimen pasar  uang secara cepat yang menimbulkan panik finansial. Panik finansial ini dengan proses penularan menjadi krisis.
  2. Krisis timbul karena adanya kelemahan struktual didalam perekonomian nasional, dalam sistim keuangan atau perbankan dan praktek kapitalisme kroni atau kapitalisme ‘ersatz’. Prosess terjadinya dengan adanya gejolak yang berdampak  pada kebijaksanaan moneter yang berlaku saat itu. Dalam proses ini gejolak yang melanda pasar uang dengan dampak penularan ini pada akhirnya mengungkap kelemahan perbankan nasional.
  3. Lemahnya sektor riil dari perekonomian nasional antara lain karena praktek kapitalisme ersatz yang penuh dengan KKN dengan masalah yang melekat. Setelah itu menjalar menajadi krisis sosial dan politik, dan budaya, juga karena kelemahan struktural pada kehidupan sosial-politik serta lemahnya berbagai nilai budaya dimasyarakat. Dengan demikian ternyata dampak penularan krisis itu tidak hanya bekerja secara geografis, menjalar dari Thailand ke Indonesia dan negara-negara lain di Asia. Akan tetapi juga dari kehidupan ekonomi ke kehidupan sosial dan politik dalam suatu negara, karena lemahnya struktural yang terkandung didalamnya. Lemahnya struktural sosial-politik ini merupakan akibat dari penekanan pendekatan keamanan dengan penciptaan kestabilan sosial-politik secara dipaksakan dalam era kepemimpinan Orde Baru.
  4. Sikap hidup yang ‘lebih besar pasak dari pada tiang’ serta sikap hidup yang tertutup dan mendasarkan diri atas ‘ triblams’ (Prof Arif Budiman). Gejolak pasar uang yang dahsyat mengungkap borok lemahnya sistem perbankkan nasional. Krisis perbankan mengungkap borok kapitalisme ertasz dan mnimbulkan krisis ekonomi. Akhirnya krisis ekonomi mengungkap borok lemahnya sistem sosial-politik dan menimbulkan krisis sosial-politik dan kepemimpinan nasional. (Arifin.Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik.2001)
2.3 Jalan keluar Dari Krisis
1.      Jalan keluar harus sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Karena krisis ini bukan bersifat single variable, maka jalan keluarnya tidak mungkin hanya dari satu aspek saja
2.      Beberapa aspek ; kebijakan macro, moneter dan fiskal untuk mengatasi masalah nilai tukarnya, inflasi dan memperburuk perekonomian, Kebijakan restrukturasi keuangan dan perbankkan, termasuk restrukturasi pinjaman perusahaan dan restrukturasi perusahaan, kebijaksanaan restrukturasi sektor riil, kebijakan restrukturasi kelembagaan, dan penanggulangan dampak sosial krisis dengan program jaringan sosial.
3.      Langkah positif harus dilakukan pemerintah (transparansi, kebebasan pers, kepedulian pada hak asasi dan proses penyelanggara kehidupan yang lebih demokratis, dimulai dengan mempersiapkan pemilu), akan tetapi tetap saja ada masalanya, pemerintahan yang’ legal’ ini belum ‘legitimate’, belum mempunyai kredibilitas yang mantap . Krisis kepercayaaan terhadap pimpinan nasioanal, terhadap lembaga legislatif, yudikatif dan ABRI nampak sangat mencolok. Kekacauan sosial dengan berbagai macam pertentangan, atau antar suku, antar daerah, antar agama masih marak.
4.      untuk keluar dari krisis terlebih dahulu harus ada suatu titik balik, suatu’turning point’, dari pesimisme menjadi optimisme, dari ketidak percayaan menjadi percaya, dari tanpa harapan menajadi penuh harapan.
2.4 Belajar Dari Krisis
1. Kelemahan di dalam Bidang Ekonomi ; Kepercayaan pasar, baik domestik maupun asing serta kepercayaan masyarakat sangat tipis terhadap rupiah yang masih lemah dan tidak kunjung menguat. Hal serupa terajdi dengan perbankan dan lembaga keuangan yang lain, serta kemampuan dunia usaha dalam menyelesaikan masalah pinjaman mereka.
ü  Besarnya pinjaman perusahaan jangka pendek dalam mata uang asing (dollar) tanpa ada perlindungan/hedging . Praktek pembiayaan usaha yang sangat mengandalkan pinjaman sehingga debt to equity ratio di Indonesia terlalu tinggi (highly leveraging). Dana ini digunakan untuk investasi yang kurang baik diperhitungkan resikonya : mempunyai sifat mengembung (dubble), bahkan yang dari dalam negeri, dalam dollar. Investasi jangka panjang dibiayai dengan biaya jangka pendek. Semua ini dengan banyaknya pemborosan dan kebocoran karena lemahnya ‘governance’ dan dalam praktek kapitalisme kroni.
ü  Lemahnya sistem perbankan di Indonesia : banyak bank yang permodalan yang tidak kuat, besarnya kredit macet dan kepatuhan terhadap peraturan kehati-hatian yang lemah, kurang transparasi dengan pengawasan yang tidak kuat pula serta ;goverance’ yang lemah pada perbankan sendiri maupun pihak otoritarnya. Ini masih ditambah dengan kurang transparasi, pada pemerintah swasta, sehingga menimbulkan banyak salah pengertian dimasyarakat (misalnya masalah BLBI yang sangat pelik menjadi lebih kompleks lagi karena pengertian yang tidak akurat atau tidak lengkap dari banyak pihak, juga dengan arti dari konsekuensi dari kepemilikan dan,dsb)
ü  Kelemahan sektor riil,sebagai akibat dari ‘crony capitalism’ dengan ketidak efisienan praktek monopoli dan oligopoli serta kebocoran karena korupsi dan kebocoran lainnya.
2. Diluar Ekonomi
ü  Adanya kelemahan struktur sosial dan politik . sistim kenegaraan kita yang terlalu terpusat pada kekuasaan eksekutif dan mementingkan kestabilan sosial dan politik dengan cara yang represif, meniadakan segala bentuk oposisi dan beda pendapat disemua kehidupan bernegara dan bermasyarakat, telah mengahsilkan kestabilan yang semu . jadi krisis ekonomi telah mengungkap lemahnya kelembagaan perbankan dan keuangan Indonesia.
ü  Untuk dapat ‘sustainable’ sistim eonomi (pasar) menuntut adanya kelembagaan yang kuat, seperti sistim keuangan dan perbankan, sistim kepemilikan, sistim hukum, baik ketentuan perundangan, penegakan, peradilan serta sanksi, demikian pula proses demokrasi. Pelaksanaan sistim demokrasi juga menuntut adanya kelembagaan yang kuat, termasuk kelembagaan hukum tadi.
2.5 Perspektif Ekonomi Politik
Dua lemabaga ‘super’ yang paling berpengaruh dalam menciptakan sistem ekonomi pasar bebas dunia sesuai agenda Neoliberalisme, yaitu International Monetary Funf (IMF) dan Bank Dunia. Negara-negara Asia yang terkena serangan spekulator antara lain Thailand,   Malaysia, Singapura, Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, dan Cina. Namun dampak krisis moneter krismon tanpa bantuan IMF, tetapi Thailand, Korea Selatan dan Indonesia terpaksa meminta bantuan IMF, menurut ichas (2003), beda antara kedua kelompok tersebut adalah jumlah “uang panas” yang diparkir oleh investor internasional dimasing-masing negara. Walau sudah banyak kebijakan yang diambil, tapi krisis tidak juga mereda. Akhirnya, pemerintah terpaksa meminta bantuan IMF dan Bank Dunia.  Dalam banyak kasus, bantuan IMF menjadi biang masalah , sebab negara-negara yang dibantu umumnya masuk kedalam ‘jebakan hutang’ yang sangat sukar dilepaskan.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sepanjang tahun 1998, rupiah terdepresiasi dengan lebih dari 70% yang mencapai puncaknya pada bulan Juli 1998, dimana nilai tukar mencapai Rp 14.700 US$. Tahun 1997 PDB tumbuh sebesar 4,74% dan berkontraksi hingga minus 13,1 % ditahun 1998. Inflasi yang hanya berkisar rata-rata 8,1 persen anatara 1991-1996, pada tahun 1998 meningkat tajam menjadi 77,6%, yang sebagian besar berasal dari barang-barang yang diperdagangkan secara internasioanal .
Dampak dari krisis ekonomi di Indonesia adalah terjadinya begitu banyak perubahan mendasar dalam tatanan ekonomi, sosial,dan politik, dan budaya yang menentukan arah kehidupan bernegara, disatu sisi merupakan perubahan yang terbesar dalam sejarah Indonesia modern, namun disisi lain memberikan konstribusi bagi kompleksitas permasalahan pemulihan ekonomi.
Untuk keluar dari krisis terlebih dahulu harus ada suatu titik balik, suatu ‘turning point’ dari pesimisme ke optimisme. Beberapa aspek seperti kebijakan macro, moneter dan fiskal untuk mengatasi masalah nilai tukar, inflasi dan memperburuknya perekonomian, kebijaksanaan restrukturisasi keuangan dan perbankan, termasuk restrukturisasi pinjaman perusahaan dan restrukturisasi perusahaan.
Lemahnya perekonomian Indonesia, disebabkan oleh besarnya pinjaman perusahaan jangka pendek dalam mata uang sing (dollar) tanpa ada perlindungan/hedging, lemahnya sistim perbankan di Indonesia dan lemahnya sektor riil dapat kita jadikan pelajaran agar Indonesia tidak terperosok dalam krisis ekonomi lagi.





DAFTAR PUSTAKA

Arifin,Bustanul dan Didik J. Rachibini.Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik.Jakarta: Grasindo.2001
Bapenas. Pendahuluan Laporan Infrastruktur,Deputi Bidang Sarana dan Prasarana. Oktober 2002
Djiwandono Soedradjad.Krisis dan Pembaharuan Ekonomi-Moneter.2000
EraniYustika Ahmad. Perekonomian Indonesia : Satu Dekade Pascakrisis Ekonomi. Februari 2007.
Hudiyanto.Ekonomi politik. PT Bumi Akasara. Jakarta.Maret 2004.
Krugman,paul.The Art of the Depression Economic. 2000
Lim Say Boom.The Art of the Possible.FEER.1999
Media Indonesia, Januari 2000
Tokoh Indonesia.com
Kompas,Kamis 4 Juli 2002
Adi Sudirman.2008.Sejarah lengkap Indonesia.Yogyakarta: DIVA Press.
http://www.chynsoncomputer.com/krisis-moneter(diakses pada tanggal,15 Juli 2018 pukul 12.16)
http://semangatprestasi.blogspot.co.id(diakses pada tanggal Minggu,15 Juli 2018 pukul 12.16





0 Response to "makalah krisis moniter"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel