Macam-Macam Akhlak
Macam-Macam
Akhlak
a. Akhlak Terpuji
(Ᾱkhlāk Al-Maẖmūdah)
Dalam kajian akhlak islam disebutkan, bahwa ada
sejumlah sifat mahmudah (terpuji) yang seharusnya di pahami, di laksanakan dan
ajaran islam yang telah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan dalam islam
bahwa sifat terpuji itu menjadi salah satu identitas keberimanan seseorang,
karena salah satu missi di utusnya Rasulullah kepada manusia adalah untuk
memperbaiki akhlak. Dalam artian bahwa seorang yang mengamalkan akhlak terpuji
berarti mengamalkan ajaran islam secra baik dan orang itu ingin menyempurnakan
islamnya. Hal ini juga harus di ketahui bahwa baiknya akhlak seseorang pada dhāhīrnya, bukan bermakna sikap itu di buat-buat, sementara hatinya tidak
demikian, tetapi akhlak yang di maksud adalah munculnya dari hati yang tulus.
Tidak merasa tidak terpaksa atau juga bukan karena sesuatu balasan atau karena
takut kepada atasan. Kalau akhirat
merupakan sikap lahir manusia, namun pada hakikatnya adalah juga tidak terlepas
dengan kemauan dan ketulusan dari hati ini adalah salah satu aspek hubungan
akhlak dengan ajaran tasawuf, kalau akhlak sebagai sikap lahir, sedangkan
secara batin sikap itu didorong oleh hati yang suci dan bersih.[1]
Perilaku
manusia yang baik di tunjukkan sifat dan gerak kehidupannya sehari-hari.
Manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial, tidak berhenti dari
berperilaku setiap hari, perilaku manusia dapat berubah-berubah meskipun
manusia dapat membuat perencanaan untuk bertindak secara rutin.[2]
Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah sebagai berikut:
1)
Perbuatan yang di
perintahkan oleh ajaran Allah dan Rasullah SAW
2)
Perbuatan yang
mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat
3) Perbuatan yang
meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia
4) Perbuatan yang menjadi
bagian dari tujuan syariat islam, yaitu memelihara agama Allah, akal, jiwa,
keturunan dan harta kekayaan.[3]
Adapun akhlak-akhlak yang terpuji adalah sebagai
berikut:
a)
Jujur, dapat di percaya
Jujur adalah alat yang mencapai keselamatan, keberuntungan, kebahagiaan.
Dengan jujur orang akan memperoleh prioritas, selalu di percaya di jadikan
teladan bagi orang lain, banyak teman dan sahabat semua orang akan senang dan
puas berhadapan dan bergaul orang jujur sebab mereka tidak khawatir akan
terkicuh dan terpedaya. Sahabat yang baik adalah kejujuran sebab ia berdaya
membawa kita kepada kebahagiaan karena itu wajiblah berikhtiar agar memiliki
sifat jujur, jangan mencoba untuk berdusta, sebab jujur adalah suatu jalan
menuju syurga sedangkan dusta adalah suatu sebab menjerumuskan diri kedalam
neraka.[4]
b)
Pemaaf
Sedekah, memaafkan dan rendah hati kata kuncinya
adalah pada sedekah, seseorang membiasakan hidupnya dengan sedekah, ia akan
otomatis punya jiwa pemaaf dan rendah hati. Para pelaku sedekah tidak hanya
mendapat ucapan terimakasih, tapi juga doa dan cinta. Ia akan
mendapatkan yaitu dari mereka yang kebagian sedekah, juga dari mereka yang belum
mendapatkan sedekahnya bersedekah dan
berbuat baik akan menghasilkan pemaaf dan
sebaliknya orang yang pelit otomatis sulit memaafkan orang lain. Seorang
pemimpin yang sejati adalah mereka yang pemaaf. Sebab, jika sang pemimpin
seorang pemarah dan pendendam, maka ia akan banyak musuhnya. Akibatnya,
program-program yang telah di rencanakan akan berbagai hambatan dan ganguan
partisipasi.[5]
c)
Sabar
Sabar adalah sinar, maksudnya orang yang sabar itu senantiasa mendapat
penerangan dengan cahaya kebenaran pada saat berjalan di jalan hidayah dan
taufik, tetap teguh sekalipun berada dalam kesempitan karena dalam diri orang
yang sabar itu terdapat makrifat dan kebenaran.
Sabar ada beberapa macam di antaranya:
1)
Sabar dalam mengerjakan
ibadah
2)
Sabar dalam menahan nafsu
3)
Sabar ketika di timpa
musibah dan kepahitan
4)
Sabar dalam
meninggalkan perkara-perkara yang di larang
5)
Sabar dalam kenikmatan
Sabar saat di timpa musibah akan di tuliskan tiga ratus derajat bagi
seorang hamba sabar karena mengerjakan taat akan di tuliskan enam ratus derajat
bagi seorang hamba dan sesungguhnya sabar karena meninggalkan maksiat akan di
tuliskan sembilan ratus derajat bagi seorang hamba.[6]
d)
Malu
Malu adalah kebaikan malu telah ada pada awal kenabian dan akan tetap
ada karena sifat malu senantiasa terpuji dalam syariat para nabi yang dahulu
kita di perintahkan untuk melakukannya.[7]
Orang yang tidak mempunyai rasa malu untuk melakukan perkara-perkara
yang di haramkan Allah, sama saja dia mengerjakan dosa-dosa yang kecil. Yang
kemudian berkembang menjadi dosa-dosa yang besar. Orang yang tidak memiliki
rasa malu, maka akan memiliki keberanian untuk melakukan hal-hal yang terlarang
sebagian dari pada malu ada yang di cela oleh syarak, seperti malu yang
menghalangi dari amar makruf (menyuruh kepada yang kebaikan) dan nahi mungkar (
melarang dari yang keburukan). Hal ini pada hakikatnya adalah takut, bukan malu
di sebut malu hanyalah sebagai mājāz (kiasan) karena menyerupai rasa malu. Begitu pula malu untuk bertanya
tentang perkara agama yang belum kita ketahui, di cela oleh syāra’.[8]
b. Akhlak
Yang Tercela (Mādzmūmāh)
Akhlak madmumah adalah akhlak yang seharusnya di
jauhi oleh setiap muslim. Dalam islam ada sejumlah sifat tercela yang merupakan
lawan dari sifat-sifat terpuji. Orang yang mempunyai sifat tercela termasuk
dalam kelompk orang yang tidak sempurna imannya.[9] Adapun sifat-sifat yang tercela adalah sebagai
berikut:
1) Berdusta
Maksunya adalah mengada-gadakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada,
dengan maksud untuk menjelekkan orang kadang-kadang ia sendiri yang mengerjakan
dosa, tetapi karna pandai dalam bicaranya, maka yang di katakan orang lain yang
menjadi pelaku, juga adakalanya secara positif lagi ia bertindak, yaitu
mengadakan tuhmah kejelekan terhadap orang yang sebenarnya tidak bersalah.[10]
2) Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas antara muda mudi di lembaga-lembaga pendidikan merupakan
sebab terbesar yang menghancurkan benteng akhlak dan etika islam yang demikian
ini, terjadi kerena ulah musuh-musuh islam dan orang-orang upahannya, baik dari
dalam negeri islam sendiri maupun dari luar.[11]
Dengan
adanya pergaulan bebas di lembaga-lembaga pendidikan, maka terjadilah dekadensi
moral dan penyimpangan-penyimpangan dari jalan hidup yang lurus. Generasi
mudanya mengikuti saja gaya hidup eropa yang gila-gilaan. Setelah mereka
tenggelam dalam lingkungan hidup yang baru, yang meretes semua jalan kehinaan
dan memanjangkan semua macam kelezatan yang haram. Andaikan itu tidak memandang
“iffah” (pengelangan diri) sebagai
akhlak yang baik sebagaimana mereka tidak memandang penting bagi keluarga untuk
berpegang pada kesucian.[12]
3)
Marah
Marah merupakan salah satu sifat tercela. Sifat ini timbul pada seorang
yang mudah mara dan cepat tersinggung, orang tersebut di sebut pemarah. Dalam
bahasa arab, sifat marah itu di sebut ghādhab. Marah itu timbul karena seseorang tidak dapat menahan emosi, cepat
tersinggung, atau merasa tidak puas terhadap sesuatu. Cara untuk menghindari
diri dari sifat marah adalah sebagai berikut:
a.
Bacalah ta’āwudz
b.
Sering-sering membaca istiqhfar
c.
Jika marah, hendaklah
segera berwudhu
d.
Jika marah itu timbul
saat duduk, berbaringlah dengan demikian insya Allah marah itu akan hilang.[13]
4) Malas
Dalam bahasa arab di sebut Al-kāsl, malas artinya kurang ada dorongan atau kemauan untuk melakukan sesuatu
yang baik. Orang yang suka membiarkan dirinya malas di sebut pemalas. Pemalas
biasanya sering bersikap putus asa dan kemauannya lemah. Oleh karena itu tidak
kreatif, sekalipun dia punya akal. Akalnya tidak di gunakan untuk mencapai
sesuatu kebaikan. Seorang petani menginginkan hasil panennya melimpah ruah, ibu
guru atau bapak guru ingin agar siswa siswinya pandai dan terampil semua
keinginan itu tidak akan tercapai tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Pepatah
mengatakan siapa yang rajin pasti mendapat.[14]
Dengan membiarkan diri bermalas-malasan, berarti
membiarkan diri sendiri dalam kerugian. Cara untuk menghindari kemalasan diri
yaitu sebagai berikut:
a)
Rajin beribadah dan tidak
meninggalkan shalat lima waktu
b)
Sadar bahwa rasa malas
itu adalah godaan syaitan yang akan menjerumuskan diri kita kejurang kerugian. Oleh karena itu,
jika hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan dan timbul rasa malas segeralah ta’āwudz dan membaca bismillah.
c)
Sabda Nabi Muhammad
yang artinya “Bekerjalah untuk kepentingan duniamu, seakan-akan kamu akan
hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati
besok.”
d)
Berdoa agar Allah
selalu bersama kita dan di tunjukkan kepada akhlak yang baik.[15]
5) Munafik
Sifat munafik adalah sifat yang sangat tercela, kata munafik berasal
dari bahasa arab munāfiqīn yang berarti orang munafik. Munafik artinya megakui dengan lidah tetapi
mengingkari dengan hati, orang munafik adalah orang yang berpura-pura, apa yang
di ucap oleh orang munafik tidak sesuai dengan tindakanya. Orang munafik
biasanya keliatan orang baik, padahal sebenarnya jahat. Perilaku munafik di
ungkapkan dengan kiasan serigala berbulu domba. Ciri-ciri orang munafik adalah
sebagai berikut:
a. Bohong/ dusta
Bohong /dusta artinya berkata tidak benar, akibat dari suka berbohong
adalah:
1.
Di jauhi oleh teman-teman
2.
Tidak di percaya orang
3.
Di benci orang
b.
Khianat/ ingkar janji
Ingkar janji artinya tidak menempati janji. Khianat adalah suatu sikap/
atau tindakan yang menyalahgunakan kepercayaan yng di berikan kepadanya.
Ciri-ciri orang khianat adalah:
1.
Kepercayaan yang di
berikan tidak di sampaikan
2.
Amanah tidak di berikan
secara utuh kepada yang berhak
3.
Senang merampas hak
orang lain.
c.
Curang
Curang adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Curang merugikan
teman-teman, sahabat dan orang lain. Akibat dari berbuat curang, yaitu:
1.
Kehilangan kepercayaan
dari orang lain
2.
Di benci oleh Allah
3.
Merusak persaudaraan
dan persahabatan.[16]
Indikator perbuatan yang buruk atau akhlak yang tercela adalah sebagai
berikut:
1.
Perbuatan yang di
dorong oleh hawa nafsu yang didatangnya dari syaitan
2.
Perbuatan di motivasi
oleh ajaran thoghut yang mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan
orang lain.
3.
Perbuatan yang
membahayakan kehidupan di dunia dan merugikan di akhirat
4.
Perbuatan yang
menyimpang dari tujuan syariat islam, yaitu merusak agama, akal, jiwa,
keturunan dan harta kekayaan
5.
Perbuatan yang
menjadikan permusuhan dan kebencian
6.
Perbuatan yang
menimbulkan bencana bagi kemanusiaan
7.
Perbuatan yang
menjadikan kebudayaan manusia menjadi penuh dengan keserahan dan nafsu setan
8.
Perbuatan yang
melahirkan komplit peperangan dan dendam yang tidak berkesudahan.[17]
[1]Damanhuri, Akhlak
Tasawuf, (Banda Aceh:
Pena, 2010), h. 183.
[2]Beni Ahmad Soebani, Ilmu Akhlak,
(Bandung:
Pustaka Setia, 2010), h. 205.
[3]Beni Ahmad Soebani, Ilmu Akhlak
..., h.
206.
[4]Damanhuri, Akhlak
Tasawuf, (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), h. 181.
[5]Herry Muhammad, 44
Teladan Kepemimpinan Muhammad, (Jakarta: Gema Insani, 2008),
h. 87.
[6]Ahmad Ibnu Syekh
Hijazi Al Fasyani, Terjemahan Al-Mājlis Al-Tāniyyāh Syarah Hadits Al-bai Nawawi, (Bandung: Trigenda
Karya, 1995),
h. 297.
[7]Ahmad Ibnu Syekh
Hijazi Al Fasyani, Terjemahan
Al-Mājlis Al-Tāniyyāh Syarah Hadits Al-bai Nawawi...,
h. 241.
[8]Ahmad Ibnu Syekh
Hijazi Al Fasyani, Terjemahan Al-Mājlis Al-Tāniyyāh Syarah Hadits Al-bai Nawawi..., h. 242-244.
[9]Damanhuri, Akhlak
Tasawuf..., h. 202.
[10]Damanhuri, Akhlak
Tasawuf..., h. 188.
[11]Abdul Rahman H.
Habanakah, Metode Merusak Akhlak Dari Barat, (Jakarta: Gema Insani Press,
1990), h. 33.
[12]Abdul Rahman H.
Habanakah, Metode Merusak Akhlak Dari Barat..., h. 34.
[13]Ismail Ibrahim, Aqidah
Akhlak, (Banda Aceh:
Cv.Media Utama, 2004), h. 56.
[14]Ismail Ibrahim, Aqidah
Akhlak..., h. 60.
[15]Ismail Ibrahim, Aqidah
Akhlak..., h. 61.
[16]Abdul Rosyid, Aqidah
Akhlak, (Jakarta:
Erlangga, 2009), h. 108-111.
[17]Beni Ahmad Soebani, Ilmu Akhlak..., h .
206.