AKIBAT DARI IRI HATI
Iri Hati, Iri Hati Dalam Alkitab
“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.”(QS. Yusuf: 8). Lihatlah bagaimana hasad pun bisa terjadi di antara orang beriman, bahkan di antara sesama saudara kandung.
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf: 32). Padahal Allah yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya.
Itu tadi adalah akibat di akhirat. Sedangkan di dunia, orang yang hasad
pun menderitakan berbagai kerugian. Jika orang yang ia hasad terus mendapatkan
nikmat, hatinya akan semakin sedih dan terus seperti itu. Bulan pertama, ia
hasad karena omset saudaranya meningkat 50 %, ini kesedihan pertama. Jika bulan
kedua meningkat lagi, ia pun akan semakin sedih. Begitu seterusnya, orang yang
hasad tidak pernah mendapatkan untung, malah kesedihan yang terpendam dalam
hati yang ia peroleh waktu demi waktu.
AKIBAT DARI IRI HATI
Pernah mungkin kita mendengar kisah dua orang
tetangga dekat bisa saling bunuh. Penyebabnya karena yang satu buka toko dan
lainnya pun ikut-ikutan. Akibat yang satu merasa tersaingi, akhirnya ada rasa
iri dengan kemajuan saudaranya. Tetangga pun tidak dipandang. Awalnya rasa iri
dipendam di hati. Namun karena semakin hangat dan memanas, akhirnya berujung
pada pertikaian yang berakibat hilangnya nyawa. Sikap seperti ini pun mungkin
pernah terjadi pada kita. Namun belum sampai parah sampai gontok-gontokan. Rasa
iri tersebut muncul kadangkala karena persaingan. Sikap iri semacam ini jarang
terjadi pada orang yang usahanya berbeda. Jarang tukang bakso iri pada tukang
becak. Orang yang saling iri biasanya usahanya sama. Itulah yang biasa terjadi.
Tukang bakso, yah iri pada tukang bakso sebelah. Si empunya toko sembako iri
pada orang yang punya toko yang semisal, dan seterusnya.
Perlu diketahui bahwa iri, dengki atau hasad –istilah yang hampir sama-
adalah menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain. Asal sekedar benci orang
lain mendapatkan nikmat itu sudah dinamakan hasad, itulah iri. Hasad seperti
inilah yang tercela. Adapun ingin agar semisal dengan orang lain, namun tidak
menginginkan nikmat pada orang lain itu hilang, maka ini tidak mengapa. Hasad
model kedua ini disebut ghibthoh. Yang tercela adalah hasad model pertama tadi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَبَاغَضُوا ، وَلاَ تَدَابَرُوا
، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Janganlah kalian saling hasad (iri),
janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi (saling
mendiamkan/ menghajr). Jadilah kalian bersaudara, wahai hamba Allah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hasad Bisa Terjadi Pada Orang Beriman
Hasad bisa saja terjadi pada orang-orang beriman. Hal ini dapat kita
lihat dalam kisah Nabi Yusuf dengan suadara-saudaranya. Sampai-sampai ayah
Yusuf (Ya’qub) memerintahkan pada Nabi Yusuf agar jangan menceritakan mimpinya
kepada saudara-saudaranya agar tidak membuat mereka iri. Allah Ta’ala
berfirman,
“Ayahnya berkata: “Hai anakku,
janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka
membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 5)
Lalu lihatlah bagaimana perkataan saudara-saudara Yusuf.
إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا
مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.”(QS. Yusuf: 8). Lihatlah bagaimana hasad pun bisa terjadi di antara orang beriman, bahkan di antara sesama saudara kandung.
Hasad (Iri) Tidak Ada Untungnya
Patut kita renungkan bersama bahwa rasa iri
sebenarnya tidak pernah ada untungnya sama sekali. Yang ada hanya derita di
dalam hati. Orang yang hasad pada saudaranya sama saja tidak suka pada
ketentuan atau takdir Allah. Karena orang yang hasad tidak suka atas ketentuan
Allah pada saudaranya. Padahal Allah yang menakdirkan saudaranya jadi kaya,
saudaranya punya kedudukan, saudaranya sukses dalam bisnis, dan lainnya. Orang
yang hasad sama saja menentang ketentuan ini. AllahTa’ala berfirman,
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf: 32). Padahal Allah yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya.
Orang yang hasad sama saja dengan orang yang menzholimi saudaranya. Oleh
karena itu, orang yang didengki (dihasad) akan mendapatkan manfaat dari orang
yang hasad di akhirat kelak. Kebaikan orang yang hasad akan diberikan pada
orang yang didengki (dihasad) dan kejelekan orang yang didengki (dihasad) akan
beralih pada orang yang hasad. Bisa terjadi seperti ini karena orang yang hasad
layaknya orang yang menzholimi orang lain. Sehingga penyelesaiannya dengan
jalan seperti itu. Lebih-lebih lagi jika hasad tadi diteruskan dengan
perkataan, perbuatan dan ghibah (menggunjing), tentu akibatnya lebih parah.
Cara Mengatasi Penyakit Hasad
Agar kita tidak terjerumus dalam penyakit hati yang satu ini, maka ada
beberapa kiat yang bisa kita lakukan, di antaranya:
Pertama: Pertebal iman dan rasa yakin pada takdir Allah, tentu saja
dengan terus menambah ilmu.
Kedua: Mengingat akibat hasad yang berdampak di dunia maupun di akhirat.
Ketiga: Selalu bersyukur dengan yang sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang
sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad,
4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As
Silsilah Ash Shohihah no. 667)
Keempat: Selalu memandang orang yang di bawahnya dalam masalah dunia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah seorang di antara
kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik [atau kenikmatan
dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR.
Bukhari no. 6490 dan Muslim no. 2963)
Dalam hadits lain disebutkan,
“Pandanglah
orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah
engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu
tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)
Kelima: Banyak mendoakan orang lain yang mendapatkan nikmat dalam
kebaikan karena jika kita mendoakannya, kita akan dapat yang semisalnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Do’a seorang muslim kepada
saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab
(terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang bertugas mengaminkan do’anya
kepada saudarany). Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat
tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (HR.
Muslim no. 2733)
Setelah mengetahui hal ini, masihkah ada iri pada saudara kita? Semoga
Allah memberi taufik untuk terhindar dari penyakit yang satu ini. Amin, Yaa
Mujibas Saailin.
0 Response to "AKIBAT DARI IRI HATI"
Post a Comment