Kompilasi Neonatus Pada Bayi dan Balita
Kompilasi Neonatus Pada Bayi dan Balita
1) Kelainan Kongenital (Kelainan Bawaan)
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir mati atau kematian setelah persalinan pada minggu pertama. Kelainan kongenital dapat mencapai kehidupan yang lebih besar, karena itu pada setiap kehamilan perlu melakukan pemeriksaan antenatal untuk dapat mengetahui kemungkinan kelainan kongenital diantaranya dengan pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan pemeriksaan darah janin.
Kejadian kelainan kongenital sekitar 0,2% sampai 0,4% dari seluruh persalinan pada setiap rumah sakit kejadiannya bervariasi tergantung dari berbagai sebab.
Penyebab kelainan kongenital
1. Kelainan genetik dan kromosom
• Kelainan yang besifat keturunan
• Terdapat pada keluarga yang berdekatan
2. Faktor mekanis
Kelainan deformitas terjadi disebabkan tekanan mekanis oligohidrammion kehamilan ganda atau triple
3. Karena infeksi
- Infeksi virus dapat menimbulkan kelainan kongenital diantaranya virus rubella, yang terjadi saat pembentukan organ : katarak,tuli dan kelainan pada jantung
- Virus sitomegalovirus dan toksoplasmosis,hidosefalus,mikrosefalus,mikroptamia.
4. Pengaruh pada saat pembentukan organ.
Diantaranya obat penenang yang terkenal thalidomide yang menyebabkan fokomelia (tangan dan kaki pendek)dan mikromelia (tangan dan kaki kecil)
5. Faktor umur.
Makin tua menjadi hamil makin besar kemungkinaan menderita kelaianan kongelital diantaranya mongoloid (sindrom down).oleh karena itu,bidan diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada wanita untuk tidak hamil pada umur 35 tahun.
6. Faktor gizi dan kelaianan hormon.
- Ibu dengan kekurangan gizi dapat meningkatkan kemungkinan kelainan organ terutama saat pembentukkan organ tubuh.
- Penyakit hormon ibu diantaranya diabetas melitus dapat meningkatkan kelainaan kongelital.
Kelainaan kongenital yang sering di jumpai adalah :
- Anensefali : tidak terbentuk otak janin sehinga bentuk janin seperti kodok.
- Kelainaan fusi jaringan tubuh,yaitu :
o Spinabifida : sum – sum tulang belakang.
o Labioksis.
o Palatoksis
o Labiopalatoksis.
• Gangguan pembentukkan alat tubuh :
o Atresia ani : tidak terbentuknya anus.
o Atresia vagina : tidak terbentuknya vagina.
o Gangguan migrasi alat tubuh seperti migrasi testis
• Hipospadia :saluran kemih yang tidak terbentuk.
• Atersia esofagus : esofagus yang tidak terbentuk.
Kelainan kongenital yang perlu mendapat perhatian bidan adalah kelainaan pada labium dan falatum,ganguan penurunaan testis dan tidak terbentuknya anus,(atresia ani) atau atresia vagina.bidan dalam menghadapi kelainanaan kongenital perlu berkonsultasi dengan dokter atau puskesmas sehingga mendapat perhatian dan memberitahukan kepada keluarga tentang kejadiaan ini.
2) Neonatus Dengan Kejang.
a. Kejang.
Kejang pada neonatus ialah suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom. Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.
Kejang adalah suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan relaksasi secara cepat dan berulang,oleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas elektrik di otak terdapat loncatan-loncatan listrik karena bersinggungnya ion (+) dan ion (-) di dalam sel otak.Kejang merupakan suatu gejalah yang dapat terjadi karena adanya kelainan di intraknarial,ekstranial,atau metabolic.
Kejang pada anak merupakan penyakit pada anak yang disebab kan oleh demam.Sekitar 2-5% anak berumur enam bulan sampai 5 tahun umumnya mengalami demam.Namun,tidak tidak sampai menginfeksi otak anak.
b. Etiologi Atau Faktor Terjadinya Kejang.
Semua jenis infeksi yang bersumber diluar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam.Penyakit yang sering menimbulkan kejang dema adalah infeksi saluran pernapasan atas,otitis media akut,pneumonia,gastroentritis akut,exantema subitum,bronchitis,dan infeksi saluran kemih(Goodridge,1987,Soetomenggolo,1989).Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
Faktor lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam adalah :
1. Produk toksi mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
2. Respon alergi atau keadan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
3. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
4. meningitis s
Gabungan dari faktor-faktor di atas.
• Infeksi
• Intrakranial
• Ekstrakranial
• ensefalitis
• meningoensefalitis
• KDS
• KDK
Gangguan metabolik
• Kejang
• Non infeksi
• Gangguan elektrolit
• Gangguan kardiovaskuler
• keganasan
• epilefsi
c. Indikasi
Kejang dapat terjadi pada semua usia. Namun lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan pada dewasa. Sekitar 10% anak-anak mengalami kejang, dan sepertiga dari jumlah tersebut disebabkan oleh karena epilepsi.
d.Tanda atau Gejala Kejang
Bentuk kejang dari tiap-tiap orang dapat berbeda-beda, tergantung jenis penyakit yang mendasarinya dan berat ringannya penyakitnya. Kejang motorik dapat berupa kejang fokal atau kejang umum dan tonik klonik, kejang klonik, kejang mioklonik, ataupun kejang atonik.
Kejang fokal dicirikan oleh gejala motorik atau sensorik dan termasuk gerakan yang kuat dari kepala dan mata ke salah satu sisi, pergerakan klonik unilateral yang diawali dari muka atau ekstremitas, atau gangguan sensorik seperti parestesi (kesemutan) atau nyeri lokal pada suatu area. Kejang tonik dicirikan oleh peningkatan tonus atau kekakuan. Kejang atonik dicirikan oleh kelumpuhan atau kurangnya gerakan selama kejang. Pada kejang klonik, terdapat kontraksi otot secara ritmik. Sedangkan kejang mioklonus ditandai dengan kontraksi otot sepertiadanya kejutan.
Pada anamnesis pasien kejang, perlu ditanyakan durasi, (lama waktu) dari kejang dan status kesadaran (mengalami gangguan atau tidak). Perlu juga ditanyakan apakah ada gejala aura yang mengawali kejang dan kebiasaan atau tingkah laku anak sesaat sebelum terjadinya kejang. Gelaja aura yang paling sering dialami oleh anak-anak adalah rasa tidak nyaman atau nyeri pada daerah epigastrik dan perasaan ketakutan. Selain itu, postur tubuh pasien, adanya sianosis dan distribusi sianosisnya,kemampuannya mengontrol otot sfingter (utamanya pada vesika urinaria atau kandung kemih) , dan periode setelah kejang (apakah tertidur atau ada nyeri kepalah ) perlu juga ditanyakan.
e. Klasifikasi.
Untuk menentukan apa yang terjadi pada anak di kemudian hari, kejang demam dibagi menjadi kejang sederhana dengan kejang kompleks.
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizures)
Kejang sederhana adalah bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada hari yang sama,sedangkan kejang kompleks adalah bila kejang hanya terjadi pada satu sisi tubuh, berlangsung lama (lebih dari 15 menit) atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari.
Kejang sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau menggangu kepandaian.Risiko untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2-3%. Risiko terbanyak adalah berulangnya kejang demam,yang dapat terjadi pada 30-35% anak-anak.Risiko-risiko tersebut akan lebih besar pada kejang yang kompleks.
Rekaman otak atau electroencephalografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin karena tidak berguna untuk memperkirakan apakah kejang akan berulang kembali,juga tidak dapat memperkirakan apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari.
2. Anak dengan kejang kompleks (C0mplex febrile seizures atau compleks partial seizures)
Kejang kompleks adalah kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh) berlangsung >15 menit,dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak yang mengalami kelainaan saraf yang nyata, dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan dengan anti kejang jangka panjang selama 1-3 tahun.
f. Patofisiologis Atau Mekanisme Kejang.
Sumber energi otak adalah glukosa yang memperoleh proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel di kelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik.Dalam keadaan normal,membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K,ion Na,dan eletrolit seperti Cl,konsentrasi K + dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na + rendahsedangkan diluar neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel maka terdapat perbedaan potensial yang di sebut potensial membran dari sel neuron.Untuk menjaga keseimbangan fotensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.Perbedaan potensial membran sel neuron di sebabkan oleh :
• Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
• Rangsangan yang datangnya mendadak ,misalnya mekanisme,kimiawai ,aliran listrik dan sekitarnya.
• Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam ,kenaik kan suhu tubuh 1 derajat celcius akan menyebabkan metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%.Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tadi,dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik ini sedemikiannya besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurottransimmeter sehingga terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak.Ada anak yang ambang kejangnya rendah ,kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius,sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi ,kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius.
g. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis kejang pada neonatus sangat bervariasi sehingga sering kali sulit untuk dikenali secara dini.
Kejang subtle adalah kejang yang manifstasinya tidak jelas bentuknya hampir tidak terlihat, terutama bial tidak biasa mengenal dan menangani neonatus normal. Gerakan yang timbul bermacam-macam, seperti menghisap, gerakan bola mata ynag tidak terkoordinasi, gerakan anggota grak yang tidak terkoordinasi, apnue berulang, dan lain-lain.
Kejang tonis berupa ekstensi kedua tungkai yang sering disertai gerakan fleksi anggota gerak atas. Kejang ini dijumpai pada bayi dengan BBLR. Kejang klonus multifolukal adalah gerakan klonus pada satu atau beberapa anggota gerak yang berpindah-pindah. Kejang mioklonus adalah gerakan seperti reflek moro dengan fleksi semua anggota gerak. Kejang ini menunjukkan adanya kerusakan luas dari susunan syaraf pusat. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik , klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama (Soetomenggolo, 1995).
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 2 kali sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit.
h. Penatalaksanaan
Sebelum penyakit primer atau sebabnya diketahui, kejang harus segera ditolong dengan pemberian antikonvulsan, misalnya phenobarbital dengan dosis 8-10 mg/kg BB intramuskuler sebagai loading dose, kemudian dengan dosis pemeliharaan per oral 4-5 mg/kg BB/hari. Dapat pula diberikan diazepam 0,25-0,5 mg/kg BB intravena atau inyramuskuler. Setelah penyakit primer diketahui, maka pengobatan ditujukan untuk mengatasinya. Pemberian kortikosteroid pada kejang masih menjadi kontroversi. Pemberian vitamin K intramuskuler pada trauma persalinan sangat dianjurkan. Koreksi terhadap elektrolit, cairan dan gangguan metabolisme yang ada.
0 Response to "Kompilasi Neonatus Pada Bayi dan Balita"
Post a Comment